TangerangNews.com
Pemkab Tangerang Dilematis Soal Galian Pasir
| Kamis, 20 Juni 2013 | 16:19 | Dibaca : 1632
Yayat Rohiman dan Slamet Isbianto. (tangerangnews / rangga)
TANGERANG-Penambangan pasir di wilayah Cisauk dan Solear Kabupaten Tangerang telah sering memakan korban. Namun, Pemerintah Kabupaten Tangerang mengaku dilematis dan tak bisa berbuat banyak dalam melakukan penertiban aktivitas ilegal tersebut. Alasannya, hal itu berkaitan dengan ‘urusan perut’ warga sekitar.
Kepala Bidang Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kabupaten Tangerang Yayat Rohiman mengaku, sejak 2008 hingga saat ini pihaknya tak pernah mengeluarkan izin atas galian pasir.
“Jadi yang ada saat ini itu satu pun tak ada izinnya,” jelas Yayat Rohiman, Kamis (20/06).
BP2T diakui Yayat pernah mengeluarkan izin terkait penggalian, tetapi itu pun izin sementara atas pembangunan PLTU. “Itu proyek nasional, hal itu juga sifatnya menggali tanah dari tempat yang tinggi ke PLTU,” tuturnya,
Pihaknya, kata Yayat, sangat dilematis atas aktivitas penggalian pasir illegal tersebut. Pasalnya, ketika ditutup warga setempat yang umumnya adalah pekerja digalian pasir itu melakukan demonstrasi karena mereka tidak bisa menghidupi keluarganya jika tak bekerja sebagai karyawan penggali pasir.
“Jadi urusannya kemabali ke urusan perut. Pernah sekali kita coba untuk legalkan, tetapi harus ada reklamasi, nah untuk reklamasi ini berat, sehingga kita tidak bisa mengeluarkan izin,” terangnya.
Yayat mengakui, wilayah Cisauk dan Solear adalah wilayah yang paling tumbuh subur dalam bisnis galian pasir ilegal. “BP2T tak dalam hal ini sifatnya pasif, karena ada instansi terkait yang berwenang untuk menindaknya,” terangnya.
Berdasarkan catatan, terakhir pada 27 Februari 2013 lalu, dua orang kakak beradik tewas digalian pasir illegal yang berada di Pagedangan, Kabupaten Tangerang. Bisnis tersebut memang saat ini tumbuh tak hanya di Kecamatan Cisauk dan Solear. Padahal dampak dari galian pasir tersebut dapat merusak lingkungan hidup yang ada disekitarnya secara berkala.
Sementara itu, Plt Kabag Humas Pemerintah Kabupaten Tangerang Slamet Isbianto mengaku, pihaknya telah mencoba beberapa kali melakukan penutupan. Namun, hasilnya, mereka hanya pindah lokasi saja. “Kalau satu ditutup, besoknya dia pindah ke tempat yang lain. Malah semakin banyak, ini juga karena banyak warga sekitar yang bekerja di sana,” terangnya. (DRA)