TangerangNews.com

Datangi RS Siloam, Anggota DPR Sebut Tak Ada Mal Praktek

| Jumat, 20 Februari 2015 | 15:00 | Dibaca : 2805


Anggota Komisi IX DPR mendatangi RS Siloam Karawaci, Kabupaten Tangerang, Jumat (20/2) terkait tewasnya dua pasien akibat tertukarnya obat buvanest spinal. (Rangga A Zuliansyah / TangerangNews)


TANGERANG-Anggota Komisi IX DPR mendatangi RS Siloam Karawaci, Kabupaten Tangerang, Jumat (20/2) terkait tewasnya dua pasien akibat tertukarnya obat buvanest spinal.

Seluruhnya ada enam anggota DPRI yang datang diketuai oleh Irma Suryani. Selain itu hadir juga Irgan Chairul Mahfidz dan Ali Taher. Pihaknya juga memintai keterangan RS Siloam yang berlangsung sekitar satu jam.

Anggota Komisi IX DPR RI Irma Suryani mengatakan, dalam sidak tersebut ditemukan adanya kemasan obat yang tidak sama dengan isinya. Kemasan obat buatan PT Kalbe Farma yang bertuliskan bupivacaine atau untuk pembiusan, tapi isinya asam traneksamat yang bekerja untuk membekukan darah.

"Memang ada kesalahan di ampul (kemasan). Ampulnya tertulis obat anastesi 4 mililiter. Tapi isinya bukan itu, dan volumenya 5 mililiter," katanya.

Namun dari sisi prosedur operasi terhadap korban, menurut Irma sudah sesuai. Sebelumnya, RS Siloam juga memberikan label kembali kepada obat tersebut untuk mengantisipaai terjadinya kesalahan.

"Siloam menambahakan stiker juga di obat tersebut, supaya tidak tertukar. Sebenarnya, dari sisi pengawasan sudah bagus. Hanya saja Siloam kemungkinan tidak tahu kalau isi obat itu benar sama dengan bungkusnya," papar ya.

Ditanya ada indikasi kesalahan dari pihak RS Siloam, Irma mengaku belum bisa memutuskan. Pihaknya juga masih mendalami dengan memerikaa PT Kalbe Farma.

"Kita juga tidak mau mendahului investigasi yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan BPOM. Tapi kami melakukan fungsi pengawasan kami dengan maksimal. Mudah-mudahan nanti bisa diketahui jelas masalahnya, dan bukan karena mal praktek," ujarnya.

Sementara Irgan Chairul Mahfiz menambahkan, dalam prosedur operasi, dokter menyuntikan obat tersebut satu kali sebanyak 3 mililiter kepada pasien. Jika di kemasan tertulis 4 mili, seharusnya masih sisa 1 mili.

"Namun ternyata pasca operasi korban meninggal. setelah dicek ternyata isi obat berbeda. Ini yang jadi persoalan," katanya.