TangerangNews.com

Peringati Hari HIV/AIDS di Tangerang, Ranjang dirumah Menjadi Penyebarnya

Rangga Agung Zuliansyah, Dena Perdana | Selasa, 1 Desember 2015 | 13:01 | Dibaca : 3084


Aksi para pelajar di Tangerang memperingati HIV AIDS (Rangga A Zuliansyah / Tangerangnews)


TANGERANG-Puluhan pelajar dari SMK 1 Yuppentek Tangerang menggelar aksi memperingati hari HIV/AIDS sedunia yang jatuh pada 1 Desember.
Aksi digelar di Jalan Perintis Kemerdekaan, dengan menggunakan poster-poster dan aksi teaterikal, Selasa (1/12).

Mereka berorasi,  menyerukan tentang bahaya virus HIV/AIDS dan cara mencegahnya. Salah satu siswi SMK Yuppentek 1 Tangerang,  Reza Novianti mengatakan, aksi ini merupakan kegiatan rutin pihaknya yang digelar tiap hari AIDS Sedunia.

 

"Kita ingin terus mengingatkan kepada masyarakat soal bahaya virus ini. Karena kebanyakan masyarakat belum paham betul atau masih cuek," katanya.

 

Menurut Reza, selain aksi turun ke jalan, pihaknya juga menggelar seminar tentang AIDS kepada para siswa di sekolahnya. "Virus AIDS ini banyak menular dari pengguaan narkoba lewat jarum suntik secara bergantian, dimana pelakunya kebanyakan pelajar. Karena itu kita beri edukasi untuk mencegahan sejak dini," jelasnya.


HIV/AIDS yang biasanya orang memandang penyebaran penyakit itu terjadi di tempat prostitusi maupun tempat hiburan malam yang berbagai macam jenisnya tidak lah selalu benar.



"Paling banyak orang yang tertular HIV/AIDS itu ibu rumah tangga dan penularan terjadi di atas tempat tidurnya sendiri oleh orang yang dia kenal, dia sayangi, dia hormati," kata aktivis HIV/AIDS Baby Jim Aditya, Selasa (1/12/2015) pagi.

Ada masalah dan latar belakang yang sangat kompleks di balik penularan HIV/AIDS dengan korban yang paling banyak tertular ibu rumah tangga. Secara garis besar, masalah itu terbagi dalam beberapa poin, yakni perilaku seks yang sangat buruk, minimnya kesadaran menggunakan kondom, ketidakjujuran kepada pasangan, dan menganggap tes HIV/AIDS itu tidak penting.

Baby menjelaskannya secara runut, mulai dari perilaku seks yang sangat buruk. Berdasarkan data dari sebuah penelitian tahun 2013-2014, di Indonesia, ada sekitar 6,7 juta laki-laki yang menggunakan jasa pekerja seks secara komersial. Sedangkan, untuk perempuan pekerja seks komersial, hanya ada 200.000-an orang saja.


Dengan hitung-hitungan sederhana, satu perempuan melayani sekitar 32 laki-laki yang berbeda setiap harinya. Itu baru satu gerbang potensi penularan HIV/AIDS.  “Di luar data itu, kita tidak tahu dengan siapa saja laki-laki tersebut melakukan hubungan seks,” katanhya.
 


"Ini berhubungan dengan budaya patriarki. Saya menyebutnya 3M, Man, Mobile, and with Money. Walaupun tanpa uang, laki-laki tetap bisa dapat hubungan seks yang dia mau, misalkan dengan pacar, itu kan hubungan seks gratis, modal ngerayu saja. Memangnya kalau sama pacar, begituannya pakai kondom?" tutur Baby.