TangerangNews.com

Airin : Pendidikan Adalah Harga Mati

| Senin, 24 Mei 2010 | 21:50 | Dibaca : 44300


Diskusi dengan mahsiswa UIN, Airin Rachmi Diany. (marimenatatangsel.com / marimenatatangsel.com)


TANGERANGNEWS- Pendidikan sebagai sumbu dari sebuah kemajuan dan kebangkitan adalah fakta yang tak terbantahkan. Bisa dikatakan, faktor pendidikan inilah yang melatari lahirnya semangat kebangkitan nasional yang menjadi cikal-bakal lahirnya Indonesia. Bermula dari pemberian akses pendidikan, masyarakat Indonesia lalu tercerahkan dan lahirlah perjuangan untuk bangkit dan bersatu.

      
Karena itu, akses pendidikan ini harus terus ditingkatkan dan diperluas. Bisa dikatakan, keterpurukan dan krisis yang terus mendera bangsa selama ini diakibatkan oleh kurangnya kualitas dan horizon pendidikan. Berangkat dari kesadaran dan semangat untuk bangkit melalui peningkatan pendidikan inilah Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Ciputat menggelar Diskusi Terbuka dengan tema “Perempuan, Pendidikan dan Kebangkitan Nasional” yang bertempat di Aula SC UIN, Senin 24/05.
 
Hadir sebagai pembicara Dra Nurlena Rifa’i Phd., Dra Ida Rosyida MA., dan Hj. Airin Rachmi Diany SH MH. Diskusi yang dihadiri oleh sekitar 300 mahasiswa dan anggota PSW ini ditandai dengan pertarungan gagasan dan ide antara mahasiswa dan pembicara untuk menyamakan visi diseputar tema pendidikan, perempuan dan kebangkitan nasional terutama di Tanggerang Selatan (Tangsel).
 
Ketiga pembicara sepakat bahwa peningkatan pendidikan adalah harga mati untuk bangkit dan upaya ini harus dimulai dari lingkungan serta daerah sendiri, yakni Kota Tanggerang Selatan (Tangsel). Tidak hanya itu, baik Airin maupun Nurlela dan Ida Rosyida yang keduanya aktif sebagai dosen UIN setuju bahwa Tangsel ini memiliki potensi besar untuk menjadi kota pendidikan.
 
Menurut Airin, potensi itu setidaknya terlihat dari lembaga pendidikan yang berkualitas mulai TK, SD, SLTP, SLTA sampai perguruan  tinggi berstandar internasional yang mulai tersebar di Tangsel. Hal ini ditambah dengan mulai banyaknya SDM handal yang dimiliki. Airin memaparkan, sesuai dengan data pendidikan Dinas Pendidikan, setidaknya jumlah sarjana yang ada di masing-masing tujuh kecamatan mencapai 8.71 %. Tidak hanya itu, dari hasil survey WDI yang dilakukan pada April 2010 terlihat bahwa 79.48% responden mengatakan kondisi sarana pendidikan baik dan 78.22 mengatakan kualitas pendidikan baik.
 
“Tentu ini harus terus dikonsolidasikan dengan terus memberi kemudahan akses terhadap Infrastruktur dan sarana penunjang pendidikan seperti Laboratorium, perpustakaan dan Information teknologi (IT)”, Jelasnya.
 
Namun demikian, Airin mengakui bahwa potensi ini dihadapkan pada banyak persoalan yang harus diselesaikan, diantaranya adalah biaya pendidikan yang masih mahal dan akses masyarakat miskin terhadap layanan pendidikan  berkualitas juga masih sulit. Untuk mengatasi masalah ini, Airin mencanangkan konsep pendidikan berkualitas tapi murah dengan terus mengupayakan pemberian beasiswa pada mereka yang tidak mampu dan berprestasi.
      Disamping itu, peningkatan pendidikan dalam ranah budaya sebagai pendorong dan penyangga pendidikan formal juga harus terus diupayakan. Sebab, disinilah jiwa pendidikan sebenarnya. “Karena itu, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sebagai sarana peningkatan minat baca masyarakat dan ruang pengembangan pengetahuan memiliki peran strategis”, imbuh Airin.
 
      Rahmi Hidayatullah, mahasiswa UIN yang berkesempatan berdialog dengan pembicara mengungkapkan bahwa gagasan dan Visi Airin, terutama dalam meningkatkan pendidikan sangat bagus dan perlu diapresiasi. “seperti pak Komaruddin rektor UIN katakan bahwa bu Airin telah memasyarakatkan minat baca, saya juga sepakat dan memang program-program pendidikan bu Airin bagus”, katanya. (ADV)