TangerangNews.com

LIPI Pamerkan Hasil Penelitian di Serpong

Rachman Deniansyah | Selasa, 2 Juli 2019 | 15:11 | Dibaca : 1499


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Fisika (P2F) memamerkan sejumlah hasil penelitiannya di Pusat Penelitian Fisika LlPl, Kawasan Puspitek Serpong, Jalan Raya Serpong, Setu, Kota Tangsel, Selasa (2/6/2019). (@TangerangNews / Rachman Deniansyah)


TANGERANGNEWS.com-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Fisika (P2F) memamerkan sejumlah hasil penelitiannya di Pusat Penelitian Fisika LlPl, Kawasan Puspitek Serpong, Jalan Raya Serpong, Setu, Kota Tangsel, Selasa (2/6/2019).

Hasil penelitian ini, meliputi dari pengembangan energi terbarukan di bidang listrik, pengembangan teknologi untuk mendeteksi bahan berbahaya, pengembangan teknologi sensor antisipasi kebencanaan, sampai eksperimen terkait perilaku eksotik suatu partikel.

BACA JUGA:

Dr. Rike Yudiyanti, Kepala Pusat Penelitian Fisika LIPI memaparkan beberapa penelitian di bidang energi kelistrikan salah satunya ialah fuel cell.

“_Fuel cell_merupakan piranti pembangkit listrik yang terbarukan dan ramah lingkungan karena tidak bising dan produk sampingnya hanya air atau uap air,” jelas Rike.

Lebih lanjut, kata Rike, fuel cell memiliki keunggulan dengan efisiensinya yang tinggi 60%, fleksibel, portabel, kerapatan daya yang besar, dan memerlukan waktu start-up relatif lebih cepat.

Selain itu, bahan bakar yang dipakai fuel cell ini juga ramah lingkungan. Dengan mengembangkan teknologi produksi hidrogen yang melalui proses elektrolisis daya rendah, dengan memanfaatkan CO2 yang dikenal sebagai penyebab efek rumah kaca.

Adapun pengembangan lain yang dilakukan LIPI, terkait teknologi pendeteksi bahan berbahaya dan bencana, dilakukannya dengan melakukan pengembangan laser.

Teknologi alternatif untuk mendeteksi bahan berbahaya dan beracun yaitu teknologi laser spectroscopy, photoluminescence dan raman spectroscopy.

Ketiga teknik tersebut menggunakan laser sebagai sumber deteksinya dan tidak memerlukan sampel uji, sehingga pengujian bisa cepat.

“Laser induced plasma spectroscopy dapat mendeteksi keberadaan unsur berbahaya dan beracun seperti timbal, arsenik, kadmium pada konsentrasi rendah. Teknik photoluminescence dapat mendeteksi senyawa berbahaya yang dapat berpendar seperti pestisida. Sementara raman spectroscopy mendeteksi molekul-molekul yang terkandung dalam bahan uji itu berbahaya dan beracun,” terangnya.

Adapun yang digunakan sebagai antisipasi kebencanaan, dijelaskan Rike, dengan menggunakan teknologi berbasis fiber optik.

Fiber optik dapat dikembangkan menjadi sensor kebencanaan untuk keselamatan transportasi darat. Peristiwa longsor rel kereta api, jalan, maupun jembatan. 

“Kegiatan grup penelitian ini merupakan program antisipasi kecelakaan lalu lintas yang bisa disebabkan oleh faktor alam maupun manusia," bebernya.

Sementara, penelitian Fisika LIPI yang juga menarik ialah eksperimen perilaku eksotik dari suatu partikel atau zat yang ada di bumi jika dipanaskan pada suhu sangat tinggi.

Dijelaskannya, bahwa LIPI sejak 2014 telah berkontribusi dalam eksperimen ALICE (A Large Ion Collider Experiment) di CERN (Organisasi Eropa untuk Riset Nuklir).

#GOOGLE_ADS#

Dalam laboratorium partikel terbesar tersebut, diuji berapa suhu paling tinggi yang bisa dicapai oleh manusia.

Suhu tertinggi yang pernah tercipta dalam eksperimen ALICE adalah lima trilyun (5.000.000.000.000) derajat Celsius. Jauh lebih panas daripada suhu matahari.

“Situasi suhu tinggi itu mirip dengan situasi di dalam bintang-bintang dan di masa awal pembentukan alam semesta," tutupnya.(RAZ/RGI)