TangerangNews.com
Tangsel Butuh Pemimpin yang Siap
| Minggu, 9 Januari 2011 | 19:43 | Dibaca : 10612
Sampah di Tangsel (tangerangnews / sampah)
TANGERANGNEWS-Permasalahan yang terjadi di Kota Tangsel seperti persoalan sampah, infrastruktur dan belum adanya rencana tata ruang dan tata wilayah (RTRW) diduga karena belum adanya sosok pemimpin yang siap memimpin Tangsel.
Demikian yang dinyatakan Pengamat Perkotaan Yayat Supriyatna. Dia juga mengatakan, itu terjadi karena tidak adanya ketidakhamonisan antara pemerintah Kabupaten Tangerang dan Pemerintah Provinsi Banten.
"Awalnya, Tangsel disiapkan oleh Kabupaten Tangerang untuk diisi penjabat sementara dari sana (Kabupaten Tangerang).
Namun, pada perjalanannya, yang mengisi justru dari Provinsi Banten. Sehingga, ketika penarikan aset dilakukan penjabatnya belum siap," kata Yayat Supriyatna, hari ini.
Sebab, setelah ditarik aset-aset itu ternyata anggaran Kota Tangsel minim. Beruntung, Tangsel terdapat kota swasta yang dibangun oleh pengembang besar seperti BSD City, Alam Sutera dan Bintaro Jaya. Namun, itu juga menjadi persoalan. Karena saat ini terjadi dualisme penataan antara pengembang dengan Pemkot Tangsel.
"Saya pikir pemimpin Tangsel kedepan harus memiliki visi akan seperti apa Tangsel selama 20 tahun mendatang. Pemimpinnya juga harus berani dan siap melawan kondisi yang sudah mapan itu. Pengembang harus ikuti dan berkontribusi kepada Pemkot Tangsel," ujarnya.
Kalangan akademisi di Tangsel menilai Kota Tangsel membutuhkan pemimpin yang definitif. Karenanya, Tangsel membutuhkan pemimpin yang siap bekerja pada hari pertama berkuasa.
"Sosok seorang pemimpin untuk Kota Tangsel menurut saya dalam keadaan seperti ini , bukan lagi yang masih belajar. Pemimpinnya harus sudah bisa berlari, baik kecerdasan, kemampuan, kecerdasan emosional, empati, dan spiritual, " ungkap Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Masyitoh Chusman.
Masyitoh Cusman menambahkan, salah satu penyebab adanya kesan Tangsel berjalan di tempat selama dua tahun ini karena adanya ketidakpastian pemimpin. Ini menyebabkan birokrasi juga berjalan di tempat karena pemimpinnya belum definitif.
Masyitoh juga menegaskan bahwa pemimpin harus bekerja untuk seluruh warga Tangsel. "Tangsel tidak boleh mengedepakankan satu golongan atau suku. Tangsel ini tidak hanya terdiri dari satu suku," tegasnya.
Sementara itu Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengedepankan bahwa pemimpin Tangsel harus mampu mendengarkan."Sosok wali kota yang diinginkan yang mau belajar dan yang melakukan shopping dan workshop. Bahkan mereka cukup menjadi pendengar yang baik saja," kata Prof. Komarrudin Hidayat.
Komarrudin menambahkan pihak UIN bersedia menjadi konsultan secara gratis untuk Pemkot Tangsel. Seperti deiketahui, Pemkot Tangsel saat ini masih kesulitan dengan persoalan sampah, infrastruktur dan RTRW yang belum selesai dibuat. (dira derby)