TangerangNews.com

Santri Tewas Dikeroyok Sesama Santri, MUI Kota Tangerang: Tidak Sepenuhnya Salah Pesantren

Fahrul Dwi Putra | Selasa, 30 Agustus 2022 | 18:01 | Dibaca : 849


Ketua MUI Kota Tangerang KH Ahmad Baijuri Khotib. (@TangerangNews / Fahrul Dwi Putra)


TANGERANGNEWS.com-Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangerang menanggapi kasus tewasnya santri akibat dikeroyok sesama santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Daarul Qur'an Lantaburo, Kelurahan Ketapang, Kecamatan Cipondoh.

Ketua MUI Kota Tangerang KH Ahmad Baijuri Khotib mengaku sangat tidak membenarkan peristiwa tersebut, apalagi terjadi di lingkungan pesantren tempat para santri menimba ilmu. 

"Pesantren sejatinya merupakan tempat mengajarkan akhlak. Sebab, pesantren selalu melakukan kajian-kajian mulai dari Alquran dan hadist, keduanya merupakan pendidikan karakter untuk membentuk santri perilaku yang baik," katanya kepada TangerangNews, Selasa, 30 Agustus 2022.

Namun ia meminta masyarakat untuk tidak secara cepat menyimpulkan jika kejadian itu sepenuhnya salah pihak ponpes.

"Adapun terdapat kecolongan merupakan kekurangan sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan dan merupakan kejadian di luar dugaan," ujar Baijuri.

Menurutnya, salah satu faktor lainnya yaitu percepatan informasi sehingga konten-konten bernuansa kekerasan yang beredar dari internet seperti media sosial mempengaruhi karakter anak.

#GOOGLE_ADS#

Selain itu, saat awal santri masuk pesantren pun tidak ada proses seperti masa ospek agar jauh dari unsur kekerasan.

"Jadi pesantren harus selalu memperkuat pembinaan, menanamkan akhlak sikap, contoh perilaku dari sang kyai, guru, dan ustaz," ungkap Baijuri.

Faktor lainnya, Baijuri menilai kemungkinan si anak yang memang sejak awal telah bermasalah, sehingga dititipkan ke ponpes pun tidak akan semudah itu mengubah karakternya. Apalagi jika keterbatasan tenaga para pengajar maupun keterbatasan biaya Ponpes.

Ia pun mengimbau agar pihak-pihak dunia pesantren semakin ekstra menjaga anak-anak dari informasi yang tidak disaring terlebih dahulu sehingga membawa dampak buruk.

"Mungkin ini cara Allah mengingatkan kami dunia pondok pesantren, dunia keulamaan, agar semakin mewaspadai efek negatif dari derasnya bahaya teknologi informasi yang tidak bisa kita bendung," tuturnya.