TangerangNews.com

Pengamat Politik UIN Jakarta Sebut Banten Butuh Sosok Muda dari Wilayah Selatan

Rangga Agung Zuliansyah | Senin, 2 Januari 2023 | 01:30 | Dibaca : 552


Pengamat Politik dari Universitas Islan Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Luthfi Hasanal Bolqiah. (@TangerangNews / Rangga Agung Zuliansyah)


TANGERANGNEW.com-Pengamat Politik dari Universitas Islan Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Luthfi Hasanal Bolqiah menyoroti geliat dunia perpolitikan jelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Banten 2024 mendatang.

Pasalnya, hingga saat ini masyarakat masih menanti sosok pemimpin yang mampu membawa perubahan khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Banten.

Luthfi mengatakan realisasi aspirasi masyarakat menjadi faktor utama bagi bakal calon untuk memenangkan konsistensi Pilgub 2024 mendatang.

Dimana bakal calon yang memiliki kekuatan politik berdasarkan keluarga atau geografis (Banten Utara dan Selatan), berpeluang besar dapat merealisasikan aspirasi masyarakat tersebut. 

"Pembangunan ekonomi yang bersumber pada peranan generasi muda khususnya dari sisi pemanfaatan teknologi saat ini sangat diperlukan," kata Dosen Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini dalan keterangan tertulis, Minggu 1 Januari 2023.

Hal ini dapat melengkapi kekurangan dari ketiga calon kandidat bakal Gubernur Banten yang namanya sudah santer, yakni Wahidin Halim, Airin Rachmi Diany dan Rano Karno, yang dinilainya kurang maksimal dalam memanfaatkan teknologi dan penyerapan aspirasi anak muda. 

Selain itu, kepemimpinan anak muda juga potensial meraih kepercayaan publik memimpin daerah Banten lima tahun mendatang.

Adapun sosok generasi muda yang dinilai Lutfi cocok sebagai bakal calon wakil gubernur dari Banten Selatan adalah Iti Octavia, Irna Narulita dan Andhika Hazrumy.

Namun, Irna Narulita justu dikabarkan tidak mendapat restu dari suaminya Dimyati Natakusumah. Begitupun dengan Andhika Hazrumy yang justru ditempatkan sebagai calon Bupati Serang.

Alhasil hanya Iti Octavia yang menjadi calon wakil gubernur potensial. 

Selain Iti Octavia, beberapa anggota legislatif terutama DPR RI dari Banten berpeluang maju sebagai bakal calon gubernur Banten yakni Hasbi Asyidiki Jayabaya, Adde Rosi Khoirunnisa, Rizki Aulia Rahman Natakusumah, Mohammad Rano Alfath.

"Dimyati Natakusumah justru merekomendasikan nama anaknya Rizki Aulia Rahman Natakusumah untuk maju pada Pilgub Banten 2024 dibanding istrinya," ujarnya.

Luthfi menilai sosok generasi muda lainnya yang berpotensi mendulang simpati masyarakat adalahh Muhammad Rano Alfath. Namun, basis suaranya justru mewakili Tangerang Raya.

"Sedangkan Rizki Aulia lebih potensial karena memiliki basis suara dari Banten Selatan," katanya.

Saat ini Rizki Aulia telah berkontribusi membantu pemerintah dalam refocusing anggaran pendapatan belanja negara (APBN), untuk pembangunan Banten seperti peningkatan pembangunan jalan, renovasi Jembatan gantung agelaran, membantu pemulangan TKI yang bermasalah, membawa program wifi internet. 

"Variabel lain yang bisa dianalisa dari anggota legislatif adalah alokasi dana aspirasi, tentu saja selain visi dan misi mereka kedepannya," tambahnya.

Ekspresi atau aspirasi masyarakat Banten pada dasarnya dianalisa berdasarkan tuntutan ekonomi.

Luthfi mencontohkan, tingkat pendidikan di Banten Selatan (Lebak, Pandeglang, Cilegon, Kota Serang dan Kabupaten Serang) yang cenderung lebih rendah dibanding Banten Utara atau Tangerang Raya, menentukan tuntutan ekonomi yang berbeda.

"Anak muda di Banten Selatan cenderung menuntut pekerjaan dalam rangka mencari atau menyambung hidup. Sedangkan anak muda di daerah Tangerang Raya, selain pekerjaan juga menuntut adanya sektor hiburan dalam rangka menikmati hidup," imbuhnya. 

Anak muda di Tangerang Raya, kata dia, berharap adanya sejumlah event seperti konser musik, tempat nongkrong atau taman-taman kota.

"Bagaimana aspirasi ini terwakili? Apa hubungannya dengan utak-atik kandidat potensial? Aspirasi masyarakat kerap kali terkait dengan pembangunan ekonomi," tambahnya.

Luthfi menilai, jika dibandingkan dengan Ibu kota provinsi yang lain, Kota Serang justru adalah ibu kota provinsi yang tertinggal dari daerah lainnya di Banten.

Bukan hanya tertinggal dari daerah penyangga Ibu Kota DKI Jakarta seperti Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang, tetapi juga tidak lebih baik dibanding Kota Cilegon dan Kabupaten Serang.

Umumnya pengamat menyimpulkan bahwa pergantian kekuasaan di Banten tidak mempengaruhi pembangunan ekonomi. 

Secara teoritis, menurut Luthfi, pandangan tersebut tidak sepenuhnya keliru. Akan tetapi pembangunan ekonomi di Asia justru membutuhkan stabilitas politik atau political will dari pemimpin, yang pada dasarnya berbeda dengan rumus modernisasi Eropa dan Amerika. 

"Misalnya kita melihat bentuk dimana kerajaan atau dinasti dapat berjalan seiring demokratisasi di Malaysia, Brunei Darusalam dan yang lainnya," imbuhnya.

Oleh karena itu, dibanding hanya berkutat soal latar belakang kandidat, juga penting untuk memastikan kekuasaan dijalankan untuk pembangunan ekonomi yang menyejahterahkan masyarakat.

Kedua, kalkulasi politik bukan tidak penting. Justru urgensinya terkait dengan aspirasi dan tuntutan masyarakat.

"Keterbelakangan pembangunan ekonomi di Banten Selatan dibandingkan dengan Banten Utara, mendorong pentingnya keterwakilan pemimpin dari keduanya, dalam rangka memastikan kekuasaan dijalankan untuk pemerataan pembangunan ekonomi," ujarnya.