TangerangNews.com

Simak Keutamaan dan Niat Puasa Zulhijah 2023

Fahrul Dwi Putra | Senin, 19 Juni 2023 | 15:38 | Dibaca : 272


Ilustrasi buka puasa (@TangerangNews / Istimewa)


TANGERANGNEWS.com- Pemerintah melalui kementerian agama (Kemenag) resmi menetapkan awal bulan atau tanggal 1 Zulhijah 1444 Hijriah jatuh pada Rabu, 20 Juni 2023. Oleh karena itu, dapat dipastikan hari Raya Idul Adha bertepatan dengan 29 Juni 2023.

Memasuki sepuluh hari pertama bulan Zulhijah, umat msulim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, seperti memperbanyak dzikir, sedekah, membaca Al-Qur'an, dan melakukan berbagai amalan sunnah lainnya. Salah satunya adalah puasa sunnah dari tanggal satu sampai sembilan Dzulhijjah. Rasulullah ﷺ bersabda,

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هٰذِهِ الأَيَّامِ. يَعْنِيْ أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

"Tidak ada hari yang amal shalihnya lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu sepuluh hari pertama Zulhijah." Para sahabat bertanya, "Tidak termasuk jihad di jalan Allah?" Beliau menjawab, "Tidak, kecuali bagi orang yang keluar dengan diri dan hartanya tanpa kembali dengan apa pun."

Hadits ini menunjukkan anjuran untuk memperbanyak amal ibadah selama sepuluh hari pertama bulan Zulhijah, termasuk membaca Al-Qur'an, berdzikir, bertasbih, bersilaturahim, dan berpuasa. 

Seperti dijelaskan bnu Hajar dalam Fath al-Bârî, bahwa keistimewaan sepuluh hari pertama ini disebabkan oleh keberadaan ibadah-ibadah utama seperti shalat, puasa, sedekah, dan haji yang tidak ditemukan di bulan lain.

Syekh Zakaria al-Anshari dalam Asnâ al-Mathâlib menjelaskan bahwa pada tanggal satu sampai sembilan Zulhijah, disunahkan untuk berpuasa. Tanggal delapan (hari Tarwiyyah) dan sembilannya (hari Arafah) hanya disunnahkan bagi mereka yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji. 

Bagi mereka yang sedang menunaikan ibadah haji pada tanggal delapan dan sembilan Zulhijah, berpuasa dianggap sebagai tindakan yang tidak sesuai dengan yang lebih utama, bahkan dianggap makruh menurut Imam An-Nawawi. Al-Anshari menjelaskan bahwa mereka lebih dianjurkan untuk memperbanyak doa pada hari tersebut meskipun mereka mampu berpuasa, karena hal itu merupakan pengikutan terhadap sunnah Nabi ﷺ.

Berpuasa pada sepuluh hari pertama bulan Zulhijah memiliki beberapa keutamaan. Pertama, pahala ibadah selama periode ini dilipatgandakan dibandingkan dengan ibadah di bulan lainnya. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa satu hari puasa pada sepuluh hari pertama Zulhijah setara dengan satu tahun puasa sunnah, sedangkan satu malam ibadah pada periode ini setara dengan ibadah pada malam Lailatul Qadar.

Kedua, berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah (hari Arafah) dapat menghapus dosa selama dua tahun. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa puasa Arafah akan menghapuskan dosa dari tahun sebelumnya dan tahun berikutnya. Namun, mayoritas ulama berpendapat bahwa yang dihapuskan adalah dosa-dosa kecil.

Ketiga, salah satu keutamaan hari Arafah adalah Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari neraka pada hari Arafah. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Imam Muslim yang menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Tidak ada hari di mana Allah membebaskan hamba-hamba-Nya dari neraka lebih banyak dari pada hari Arafah. Dia mendekati mereka, lalu bangga kepada mereka di hadapan para malaikat, seraya berfirman, 'Apakah yang mereka inginkan?'"

Keempat, berpuasa pada hari Arafah juga merupakan salah satu syarat sahnya ibadah haji. Rasulullah ﷺ bersabda, "Haji adalah Arafah." Puasa pada hari Arafah bagi mereka yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji adalah cara untuk ikut merasakan atmosfer dan keberkahan hari tersebut.

Namun, perlu diperhatikan bahwa berpuasa pada sepuluh hari pertama Zulhijah, termasuk hari Arafah, hanya termasuk dalam puasa sunnah, bukan puasa wajib. Puasa wajib hanya terkait dengan bulan Ramadan. Puasa sunnah pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah adalah anjuran dan kesempatan bagi umat Muslim untuk mendapatkan pahala dan keberkahan yang besar.

Waktu Puasa Sunnah Zulhijah 

Waktu pelaksanaan puasa sunnah Dzulhijjah adalah pada tanggal satu sampai sembilan Zulhijah. Khusus tanggal delapan dinamakan puasa Tarwiyah dan tanggal sembilan dinamakan puasa Arafah.

Bagi orang yang memiliki utang puasa Ramadhan, diperbolehkan untuk mengqadhanya bersamaan puasa sunnah Zulhijah. Bahkan, menurut Sayyid Bakri Syatha (w. 1892 M.) dengan mengutip fatwa Al-Barizi menjelaskan, andaikan puasanya hanya niat qadha, maka mendapat pahala keduanya.

Untuk durasinya, sama seperti puasa pada umumnya, yaitu dari mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Selama durasi tersebut ia mesti mencegah dari hal-hal yang membatalkan puasa sebagaimana puasa-puasa lain.

Misalnya bertepatan hari Arafah seseorang melakukan puasa qadha Ramadhan dengan niat qadhanya saja, secara otomatis juga memperoleh kesunnahan puasa Arafah (Sayid Bakri, Hâsyiyah I’ânah at-Thaâlibîn, juz 2, h. 224).

Niat Puasa Sunnah Zulhijah 

Puasa Zulhijah memiliki waktu niat yang sama dengan puasa pada umumnya, yaitu pada malam hari mulai dari terbenamnya matahari hingga terbit fajar. Berikut ini adalah lafal niat untuk puasa Zulhijah seperti dilansir dari NU Online.   

1. Niat puasa dari tanggal 1 sampai 7 Zulhijah 

نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى 

Nawaitu shauma syahri dzil hijjah sunnatan lillâhi ta‘âlâ.   

Artinya: “Saya niat puasa sunnah bulan Zulhijah karena Allah ta’âlâ.”   

2. Niat pada pada tanggal 8 Zulhijah (hari Tarwiyyah)   

نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى 

Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillâhi ta‘âlâ.   

Artinya: “Saya niat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah ta’âlâ.”   

3. Niat puasa pada tanggal 9 Zulhijah (hari Arafah)  

نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى 

Nawaitu shauma arafata sunnatan lillâhi ta’âlâ.   

Artinya: “Saya niat puasa sunnah Arafah karena Allah ta’âlâ.”   

Namun, penting untuk dicatat bahwa puasa Zulhijah adalah jenis puasa sunnah. Oleh karena itu, jika seseorang lupa niat pada malam hari, mereka diperbolehkan untuk melakukan niat di siang harinya, yaitu dari pagi hari hingga sebelum waktu tergelincir matahari (sebelum zuhur), asalkan mereka belum melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Berikut ini adalah lafal niat yang dapat digunakan saat melakukan niat di siang hari. 

1. Niat puasa dari tanggal 1 sampai 7 Zulhijah  

 نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى 

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i syahri dzil hijjah sunnatan lillâhi ta’âlâ.  

Artinya: “Saya niat puasa sunnah bulan Zulhijah hari ini karena Allah ta’âlâ.”   

2. Niat pada pada tanggal 8 Zulhijah (hari Tarwiyyah)   

نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى 

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i tarwiyata sunnatan lillâhi ta’âlâ.   

Artinya: “Saya niat puasa sunnah Tarwiyah hari ini karena Allah ta’âlâ.”   

3. Niat puasa pada tanggal 9 Zulhijah (hari Arafah)  

نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِعَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى 

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i arafata sunnatan lillâhi ta’âlâ.   

Artinya: “Saya niat puasa sunnah Arafah hari ini karena Allah ta’âlâ.”