TangerangNews.com

Palestina Butuh Tentara Kaum Muslimin untuk Melenyapkan Entitas Penjajah

Rangga Agung Zuliansyah | Sabtu, 20 Januari 2024 | 21:04 | Dibaca : 192


Lolita Faula, S.ST., Aktivis Muslimah. (@TangerangNews / Rangga Agung Zuliansyah)


Oleh: Lolita Faula, S.ST., Aktivis Muslimah

 

‘Birruh, biddam nafdika ya Aqsa…..

Dengan nyawa, dengan darah kami akan membelamu ya Aqsa…..’

Inilah slogan yang terus menggema hampir di seluruh negeri. Slogan yang menunjukkan semangat kepedulian terhadap penjajahan yang sedang terjadi di negeri Palestina. Bahwa mereka siap mengorbankan nyawa maupun darah untuk membebaskan Palestina dari penjajahan brutal Zionis Yahudi.

Namun slogan yang menggema untuk merespons panggilan Palestina itu rupanya belum mampu menjawab kemerdekaan Palestina dari belenggu Entitas penjajah, karena nyatanya tahun baru 2024, Palestina masih berdarah dirundung duka. 

100 hari sudah kekejaman genosida Israel di Gaza, Palestina. Sejak 7 Oktober 2023, tercatat sebanyak 23.843 orang warga Palestina yang tewas dan lebih dari 60.317 lainnya luka-luka. Aksi protes pro Palestina di seluruh dunia pun dilakukan dalam menyerukan agar menghentikan serangan Israel terhadap Gaza. (priangan.tribunnews.com, 14/1/2024).

Tidak hanya itu sudah 106 orang jurnalis yang termasuk di dalamnya wartawan dan pekerja media di Gaza yang gugur akibat kejahatan genosida Israel dan akan diselidiki oleh ‘International Criminal Court’ (ICC). (internasional.replubika.co.id, 10/1/2024). 

Jalur Gaza semakin seram mengenaskan, pembunuhan massal terjadi di mana-mana. Warga sipil tidak bisa lagi mendapatkan tempat yang aman. Kejahatan Israel benar-benar menjadikan Gaza bak ‘penjara terbuka’ hingga ‘zona pembantaian’ yang mengerikan. Akibat banyaknya warga sipil yang tewas, komunitas global pun mengecam keras Israel. 

Tidak terbayang oleh akal sehat bagaimana warga Palestina menjalani hari-hari yang begitu sulit selama 100 hari lamanya dizalimi oleh kekejaman penjajah Zionis Yahudi yang seakan tak berakhir, bahkan semakin brutal membabi buta menyerang Gaza. Bukan hanya 100 hari saja penderitaan umat, namun sudah 100 tahun lamanya kaum muslim terzalimi sejak 3 Maret 1924 peradaban Islam dihancurkan, dari sinilah petaka kaum muslimin dimulai.

Palestina bukan hanya sebuah negara atas warga Gaza saja tapi juga merupakan tanah air milik umat muslim seluruh dunia. Peradaban manusia datang dari Madinah dan berujung pada masjidilaqsa. Sebagaimana peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw. yang diabadikan dalam Al-Quran surat Al-Isra Ayat 1, Allah Ta'ala berfirman:

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari masjidilharam ke masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Isra:1).

Tanah para Anbiya itu jelas membutuhkan bantuan, kejahatan Zionis Yahudi di luar batas kemanusiaan itu tidak bisa lagi ditutup-tutupi dari perhatian mata dunia. Berbagai upaya dilakukan untuk membantu Palestina, mulai dari mengecam, berdonasi, mengirimkan kebutuhan pokok, memboikot, terus menyuarakan tentang Palestina hingga adanya pasukan ‘Julid Fi Sabilillah’ dari gerakan aktivis online Indonesia, Malaysia dan juga Turki. 

Semua ini menunjukkan bahwa nurani umat muslim terikat bagaikan satu tubuh. Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan kaum muslim dalam urusan kasih sayang dan tolong-menolong bagaikan satu tubuh. Jika satu anggota tubuh merasa sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga hingga tidak bisa tidur dan (merasa) demam.” (HR al-Bukhari dan HR.Muslim).

Sayangnya berbagai upaya bantuan yang telah dilakukan itu belum mampu juga untuk melenyapkan penjajah dari bumi Syam. Karena tidak banyak negeri muslim yang membantu, dan juga adanya aturan hukum-hukum internasional dan batasan sekat nasionalisme yang diberlakukan dalam sistem Sekuler-Kapitalis saat ini, menjadikan negeri muslim yang membantu pun mengalami keterbatasan karena terhalangnya dari satu negara masuk ke negara lain.

Inilah yang membuat umat muslim lemah karena tercerai berai tidak bersatu menjadi ‘one ummah’. Namun, sejatinya rakyat Palestina tidaklah lemah. Para pejuang mujahid Palestina sangat tangguh mampu melawan dan bertahan meski dengan persenjataan seadanya. Dan warga Palestina sangatlah kuat tidak ada yang menandingi keberanian mereka. Hanya saja Zionis Yahudi masih bercokol di tanah Palestina karena disokong oleh para sekutu negeri imperialis dan antek-anteknya.

Maka sudah jelas Palestina membutuhkan bantuan yang hakiki dari negeri-negeri muslim yaitu dengan mengirimkan para tentaranya yang akan membantu perjuangan para mujahid Palestina. Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda:

“Asas suatu perkara adalah Islam. Tiangnya adalah shalat. Puncak perkaranya adalah jihad”. (HR at-Tirmidzi). 

Baginda Nabi saw. telah menjadi contoh nyata bagi umat muslim dalam berjihad. Beliau bukan hanya seorang pemimpin negara tapi juga seorang panglima perang. Sepanjang hidupnya, Nabi saw. sering memimpin jihad. Karena dengan jihadlah yang bisa menghentikan kezaliman para musuh Islam yang terus menindas dan haus akan darah kaum muslim. 

Jihad bisa terealisasikan bila ada kepemimpinan dunia Islam yang akan membangkitkan persatuan umat. Demikian yang dijelaskan oleh Rasulullah saw. dalam sabdanya: 

“Sungguh Imam (Khalifah) itu perisai; orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung (dari musuh) dengan kekuasaannya”. (HR Muttafaqun ‘alayh).

Maka, solusi tuntas untuk kemerdekaan Palestina adalah dengan adanya Institusi Islam dan jihad sebagai kekuatan umat Islam. 

Seperti pada waktu masa Kekhalifahan Mu'tashim yaitu ketika kehormatan seorang wanita keturunan Nabi dilecehkan, kemudian dia menjerit, dia memanggil, "Wa Mu'tashimah (Mu'tashim, di manakah Engkau)! Mu'tashim yang sedang istirahat di atas ranjangnya langsung melompat, segera menyiapkan pasukannya, lalu mengepung Benteng Amuriyah, tak kurang 9000 nyawa orang Romawi melayang, 9000 lainnya menjadi tawanan, dan wanita itu berhasil diselamatkan.

Mu'tashim, Sang Khalifah pun mengatakan kepada wanita itu, "Kelak aku punya alasan dihadapan Kakekmu (Muhammad)”. 

Jika kaum muslim bersatu dalam naungan panji Rasulullah saw. maka umat akan kuat, tidak akan ada yang berani menindas kaum muslim, ada pemimpin Islam yang sudah menjadi kewajibannya melindungi kaum muslim, dan itu telah terbukti sejak berabad lamanya peradaban Islam gemilang menguasai 2/3 dunia dan hidup damai berdampingan antar umat beragama. Dan janji Allah pasti akan datang, kemenangan Islam akan datang, Islam akan bangkit. Berjuang dan bersatulah wahai umat! Allahuakbar!

Wallahu a’lam bi ashshawab.