TangerangNews.com

Menbud Bakal Tulis Ulang Sejarah Indonesia, Ditarget Rampung Sebelum 17 AgustusĀ 

Fahrul Dwi Putra | Kamis, 8 Mei 2025 | 11:42 | Dibaca : 75


Figura yang mengambarkan tokoh-tokoh pahlawan. (@TangerangNews / Anita Puspita Sari)


TANGERANGNEWS.com- Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyampaikan pemerintah tengah menyiapkan penulisan ulang sejarah Indonesia dengan menitikberatkan pada narasi perlawanan terhadap penjajahan, bukan lamanya masa penjajahan itu sendiri.

Menurut Fadli, selama ini masyarakat terlanjur percaya bahwa Indonesia dijajah selama 350 tahun, padahal dalam rentang waktu tersebut banyak daerah yang terus melakukan perlawanan terhadap kolonialisme Belanda maupun Jepang.

"Di Aceh, di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Perang Jawa Diponegoro itu. Ada yang perlawanannya 200 tahun, ada yang perlawanannya puluhan, Jadi kita ubah bukan sejarah kita dijajahnya tapi perlawanannya yang harus kita tonjolkan," ujar Fadli dikutip dari CNN Indonesia, Kamis, 8 Mei 2025.

Ia menegaskan, rencana untuk mengubah perspektif tentang sejarah penjajahan merupakan bagian dari upaya membangun pola pikir baru yang lebih membanggakan perjuangan bangsa. 

Menurutnya, perlawanan yang berlangsung secara terus-menerus selama berabad-abad membuktikan bahwa bangsa Indonesia tidak pernah benar-benar tunduk.

"Soal 350 tahun dijajah itu menurut saya harus diubah mindset itu. Enggak ada 350 tahun Indonesia dijajah itu. Kita itu melakukan perlawanan terhadap para penjajah itu," jelas Fadli.

Lebih lanjut, Fadli menyebut penulisan ulang sejarah ini sejalan dengan semangat yang diwariskan Presiden pertama RI, Soekarno, yaitu untuk tidak melupakan sejarah. Ia menilai generasi sekarang masih banyak yang belum memahami sejarah Indonesia secara utuh, mulai dari masa prasejarah hingga era modern.

Penulisan ulang sejarah ini ditargetkan selesai sebelum 17 Agustus 2025, bertepatan dengan peringatan 80 tahun kemerdekaan Indonesia. 

Guru Besar Universitas Indonesia, Susanto Zuhdi, ditunjuk sebagai ketua tim penulis, yang beranggotakan 100 sejarawan dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.