TangerangNews.com

Waspadai Diabetic Foot pada Penderita Diabetes Melitus Bisa Berujung Amputasi jika Tak Ditangani

Fahrul Dwi Putra | Kamis, 15 Mei 2025 | 08:05 | Dibaca : 116


Ilustrasi luka pada bagian kaki (@TangerangNews / Istimewa)


TANGERANGNEWS.com- Diabetes melitus atau kencing manis tidak hanya memengaruhi kadar gula darah, tapi juga bisa menimbulkan komplikasi serius, salah satunya diabetic foot. 

Komplikasi ini rentan dialami penderita diabetes, terutama bila gula darah tidak terkontrol dengan baik. 

Parahnya lagi, jika tidak ditangani sejak dini diabetic foot bisa berkembang menjadi gangren yang berujung pada amputasi.

dr. Sendi Kurnia Tantinius, Sp.B, Subsp.BVE(K) menjelaskan, diabetic foot adalah kondisi kerusakan jaringan kaki yang dipicu oleh sejumlah faktor sekaligus, seperti gangguan saraf, sirkulasi darah yang buruk, dan infeksi. 

"Diabetic foot terjadi karena kombinasi faktor neuropati (kerusakan saraf), gangguan aliran darah, dan infeksi. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat berkembang menjadi gangren dan berisiko amputasi," papar dr. Sendi.

Ia menjelaskan, neuropati diabetik membuat penderita kehilangan sensasi di kakinya. Luka kecil pun sering kali tidak terasa sehingga dibiarkan terlalu lama. 

Kondisi ini diperparah dengan aliran darah yang terganggu akibat diabetes, menyebabkan luka sembuh lebih lambat. Luka yang terbuka dan tidak terawat akan sangat mudah terinfeksi. Selain itu, tekanan dari sepatu yang tidak pas atau kebiasaan berjalan yang salah bisa memperburuk kondisi luka.

Gejala awal diabetic foot sering kali tidak disadari. Kaki bisa mulai terasa kesemutan, mati rasa, muncul nyeri yang tidak biasa, atau terlihat bengkak. Pada beberapa kasus, kulit di area luka juga tampak lebih gelap. 

"Gejala seperti kesemutan dan mati rasa sering kali diabaikan oleh penderita diabetes. Padahal, ini bisa menjadi tanda awal adanya kerusakan saraf yang berpotensi berkembang menjadi Diabetic Foot," ujar dr. Sendi.

Lanjutnya, diabetic foot memiliki lima tahapan. Pada tahap awal, kaki terlihat normal namun sudah memiliki risiko komplikasi. Ketika luka mulai muncul, bisa berupa luka dangkal yang lama-lama berkembang menjadi infeksi berat hingga melibatkan tulang.

Menurutnya, semakin tinggi derajatnya, maka semakin serius kondisi yang dialami. Oleh karena itu, deteksi dini dan perawatan yang tepat sangat penting untuk mencegah kondisi semakin parah.

Penanganan diabetic foot harus dilakukan secara menyeluruh. Selain membersihkan jaringan mati atau terinfeksi melalui debridemen, pasien mungkin memerlukan terapi oksigen hiperbarik untuk mempercepat proses penyembuhan. 

Beberapa juga disarankan menggunakan sepatu khusus yang dirancang untuk mengurangi tekanan pada luka. Bila ditemukan penyumbatan pada pembuluh darah, maka tindakan medis seperti angioplasti atau operasi bypass diperlukan.

Direktur Bethsaida Hospital dr. Pitono menambahkan, pihaknya memiliki layanan lengkap untuk menangani kasus diabetic foot, khususnya di Klinik Bedah Vaskular dan Endovaskular. 

"Kami memiliki tim dokter spesialis yang berpengalaman dan peralatan medis yang diperlukan untuk memberikan penanganan yang sesuai dengan standar medis. Layanan kami dirancang untuk membantu pasien dengan gangguan vaskular mendapatkan perawatan yang tepat dan efektif," ungkapnya.

Pencegahan tetap menjadi langkah terbaik dalam menghadapi diabetic foot. Penderita diabetes sebaiknya rutin memeriksa kondisi kaki, menjaga kebersihannya, menghindari penggunaan alas kaki yang sempit, dan terus mengontrol kadar gula darah.