TANGERANGNEWS.com- Jumlah pengemudi ojek online (ojol) di Indonesia terus menjadi perhatian publik karena adanya perbedaan data dari berbagai lembaga. Data terbaru menyebutkan jumlah mitra di industri transportasi daring mencapai lebih dari 7 juta orang.
Angka itu disampaikan oleh Government Relations Specialist Maxim Indonesia Muhammad Rafi Assagaf dalam diskusi bersama Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi di Aroem Resto & Cafe, Jakarta, Senin, 19 Mei 2025, dikutip dari CNN Indonesia.
Meski begitu, Rafi tidak merinci apakah jumlah tersebut hanya mencakup pengemudi ojol atau termasuk kurir online dan taksi daring.
Sementara itu, data dari BPJS Ketenagakerjaan menyebutkan jumlah driver ojol mencapai sekitar 2 juta orang.
Dari jumlah tersebut, baru 250 ribu yang telah terlindungi jaminan sosial ketenagakerjaan.
Diketahui, masih ada sekitar 1,75 juta pengemudi ojol yang belum terlindungi.
Pada 2020, Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Indonesia memperkirakan jumlah pengemudi ojol mencapai 4 juta orang.
Ketua Umum Garda Indonesia Igun Wicaksono menyebut sekitar 1 juta di antaranya beroperasi di wilayah Jabodetabek.
Meski jumlah pengemudi terus bertambah, pendapatan driver ojol justru menunjukkan tren penurunan.
Survei Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) mencatat rata-rata pendapatan harian driver ojol sebelum pandemi (2018–2019) sebesar Rp304.688. Saat pandemi (2020–2021), pendapatan turun menjadi Rp100 ribu per hari dan naik kembali menjadi Rp174.805 per hari pada periode pascapandemi (2022–2023).
IDEAS juga mencatat penurunan pendapatan ini diraih dengan kerja keras. Rata-rata driver ojol menyelesaikan 10 pesanan per hari, menempuh jarak 42 kilometer, dan bekerja hingga 11 jam setiap harinya.
Hasil survei Balitbang Kementerian Perhubungan tahun 2022 turut memperkuat kondisi tersebut. Sebanyak 50,1 persen responden menyatakan pendapatan hariannya berkisar antara Rp50 ribu hingga Rp100 ribu.
Sementara itu, 44,1 persen pengemudi mengaku biaya operasional harian juga berada di kisaran yang sama.