TangerangNews.com

Mensos Nangis Dengar Curhatan Guru Sekolah Rakyat di Lebak Banten

Rangga Agung Zuliansyah | Jumat, 1 Agustus 2025 | 22:46 | Dibaca : 80


Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menangis saat mendengarkan curhatan seorang guru Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 34 di Kabupaten Lebak, Banten, Jumat 1 Agustus 2025. (@TangerangNews / Rangga Agung Zuliansyah)


TANGERANGNEWS.com-Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menangis saat mendengarkan curhatan seorang guru Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 34 di Kabupaten Lebak, Banten, Jumat 1 Agustus 2025. 

Di hadapan Gus Ipul, seorang guru muda bernama Alija Muhammad Pranawa itu bercerita lirih tentang bagaimana ia rela meninggalkan keluarga, semata-mata karena ingin ikut mengubah nasib anak-anak kurang mampu yang nyaris kehilangan harapan.

“Saya tahu ini bukan sekolah biasa, Pak. Saya terharu. Saya bertahan demi mereka, demi anak-anak ini, saya bertekad untuk menemani para siswa ini menjemput masa depan mereka,” kata Guru Teknik Informatika ini sambil berkaca-kaca.

Mendengar itu, Gus Ipul terdiam. Tangannya gemetar menggenggam mikrofon. Suaranya bergetar saat akhirnya berkata. “Kami semua ini sedang berjuang supaya guru-guru dapat haknya. Terimakasih, atas keteguhan hati untuk ikut mengantar anak-anak menuju harapan mereka,” katanya.

Gus Ipul terharu menyaksikan langsung keteguhan para pendidik sejati yang tidak pergi meski ditempatkan jauh, tidak menyerah meski gaji belum mewah, dan tidak lelah karena yang mereka ajar bukan hanya mata pelajaran tetapi harapan.

Ia mengatakan, Sekolah Rakyat bukan program biasa. Ini adalah amanat besar dari Presiden Prabowo Subianto untuk menghadirkan keadilan sosial melalui pendidikan.

"Anak-anak yang belajar di sini berasal dari keluarga miskin dan miskin ekstrem. Bagi mereka, inilah satu-satunya jalan untuk mengubah hidup," ujarnya.

Di Sekolah Rakyat, para guru bukan sekadar mengajar. Mereka menjadi orang tua kedua, menjadi sahabat, bahkan menjadi harapan terakhir bagi anak-anak yang dulu tak pernah membayangkan bisa bersekolah, apalagi tinggal di asrama.

Dan di hadapan air mata yang tumpah pagi itu, satu hal menjadi terang, Sekolah Rakyat bukan tentang angka. Ini tentang hati. Tentang mereka yang memilih tetap tinggal demi mimpi anak-anak yang terlalu lama ditinggalkan.

Diketahui, Sekolah Rakyat rintisan tahap 1b memulai Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 34 Kabupaten Lebak, Banten menjadi titik awal dimulainya MPLS di 37 titik tambahan seluruh Indonesia, setelah sebelumnya sekolah rakyat telah dimulai di 63 titik.