TangerangNews.com

Miris, Pasutri Pemulung di Ciputat Hidupi 5 Anak Tinggal di Gubuk Reyot

Yanto | Kamis, 21 Agustus 2025 | 15:42 | Dibaca : 22


Enci, 65, dan Sanah, 53, pasangan suami-istri warga Cipayung RT02/05, Kecamatan Ciputat, Kota Tangsel tinggal di dalam gubuk reyot dengan lima anaknya. (@TangerangNews / Yanto)


TANGERANGNEWS.com-Di balik gemerlap pembangunan Kota Tangerang Selatan (Tangsel), masih ada potret kehidupan yang jauh dari kata layak.

Enci, 65, dan Sanah, 53, pasangan suami-istri warga Cipayung RT02/05, Kecamatan Ciputat, harus berjuang keras demi menghidupi kelima anak mereka. 

Hidup di sebuah gubuk reyot di atas tanah negara, keduanya menjalani profesi sebagai pemulung dan penjaga parkir untuk bertahan hidup.

Sehari-hari, Enci dan Sanah keluar masuk gang di wilayah Ciputat untuk mengais barang bekas yang masih bisa dijual. 

Hasil dari memulung botol plastik, kardus, dan besi tua itulah yang menjadi sumber nafkah utama. Kadang, Sanah juga menjaga parkiran di kawasan Cipayung untuk menambah pemasukan.

“Yang penting bisa makan sehari-hari, Mas. Anak-anak jangan sampai kelaparan,” ujar Enci saat ditemui di gubuk sederhana yang mereka tempati.

Kondisi rumah yang mereka huni jauh dari kata layak. Bangunan semi permanen beratapkan seng dan dinding dari papan bekas itu berdiri di lahan negara. 

Meski demikian, keluarga ini tetap ber-KTP Tangsel, menandakan bahwa mereka merupakan warga resmi kota yang kerap digadang sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di Banten.

Dengan penghasilan tak menentu, Enci dan Sanah harus membagi rezeki seadanya untuk kelima anaknya. 

Pendidikan menjadi tantangan besar. Tidak semua anak bisa bersekolah dengan lancar karena keterbatasan biaya.

“Kami ingin anak-anak sekolah tinggi, biar nasibnya enggak kayak orang tuanya,” ungkap Sanah lirih.

Meski hidup dalam kekurangan, keluarga ini tetap berusaha mandiri tanpa berharap belas kasihan orang lain. 

Mereka bekerja keras setiap hari dengan cara yang halal, meski hasilnya hanya cukup untuk sekadar bertahan.

Kota yang identik dengan pusat bisnis, perumahan elit, dan gaya hidup modern ini ternyata masih menyimpan wajah kemiskinan yang jarang tersorot publik.

Keberadaan keluarga pemulung di Cipayung Ciputat menunjukkan perlunya perhatian serius dari pemerintah daerah. 

Program bantuan sosial, pendidikan, hingga pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil masih sangat dibutuhkan agar tidak ada lagi warga Tangsel yang hidup di gubuk reyot di atas tanah negara.

Meski hidup dalam keterbatasan, Enci dan Sanah masih menyimpan harapan besar. Mereka ingin anak-anaknya bisa keluar dari lingkaran kemiskinan dengan pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik.

“Kami cuma pengin anak-anak sukses, jangan hidup susah kayak orang tuanya,” tutup Enci dengan mata berkaca-kaca.