TANGERANGNEWS.com- Kota Tangerang memiliki catatan sejarah yang erat kaitannya dengan kawasan yang kini dikenal sebagai Tanah Tinggi. Nama daerah ini telah digunakan sejak masa kolonial dan tetap bertahan hingga sekarang.
Dalam buku “Melacak Asal Muasal Kampung di Kota Tangerang,” Burhanudin menuliskan bahwa penyebutan nama Tanah Tinggi muncul karena letak geografis wilayah tersebut yang berada lebih tinggi dibandingkan kawasan sekitarnya.
“Tanah Tinggi itu lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya karena kalau melihat dari daerah selatan, kampung itu lebih tinggi sebab kali yang ke arah Jakarta (Mookervart) itu letaknya lebih dalam pada saat melewati kampung ini,” tulisnya.
Posisi yang lebih tinggi ini membuat Tanah Tinggi sejak masa kolonial sudah menjadi tempat penting bagi masyarakat. Tidak hanya dihuni, kawasan ini juga menjadi salah satu destinasi populer untuk rekreasi pada masa itu.
Catatan sejarah menyebutkan, masyarakat Eropa maupun pribumi kerap menjadikan Tanah Tinggi sebagai tempat plesiran sore.
Kawasan yang terhubung dengan Mookervart dikenal hijau, sejuk, dan rindang sehingga menjadi lokasi favorit untuk menikmati waktu senja.
“Pemerintah Hindia Belanda menjadikan pinggiran Tanah Tinggi sebagai salah satu taman atau hutan kota di sisi Mookervart sebagai tempat plesir sore hari. Daerah pinggir sungai (Tanah Tinggi) dibuat seperti hutan yang rindang,” tulis Burhanudin dalam bukunya.
Saat ini, Tanah Tinggi lebih dikenal sebagai kawasan niaga dengan keberadaan Pasar Induk Tanah Tinggi. Pasar yang berdiri sejak 2001 ini berkembang menjadi pusat perdagangan sayur-mayur bagi masyarakat Tangerang Raya dan wilayah sekitarnya.
Secara geografis, kawasan Tanah Tinggi dibatasi oleh Kali Mookervart atau yang kini dikenal sebagai Jalan Raya Daan Mogot di bagian utara, serta rel kereta api yang menghubungkan Stasiun Tanah Tinggi hingga Stasiun Batuceper di sisi selatan.