TANGERANGNEWS.com-Gen Z membawa batik menjadi tren anak "skena" dengan memadukannya bersama gaya kekinian sehingga tidak lagi terkesan kaku.
Mereka membuat batik semakin populer dan mendorong industri batik untuk berinovasi mengikuti selera anak muda.
Meski demikian, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam hal regenerasi pengrajin batik.
Hal itu disorot pemerhati batik Iwet Ramadhan saat meresmikan instalasi batik di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang dalam rangka Hari Batik Nasional, Kamis 2 Oktober 2025.
Batik Jadi Tren Ekspresif Anak Muda
Menurut Iwet, saat ini batik tidak lagi dianggap sebagai pakaian formal untuk acara resmi semata. Anak-anak muda sekarang sudah mulai berkain dan menggunakan batik dalam kehidupan sehari-hari.
Penggunaan batik telah menjadi ekspresi gaya hidup, bahkan fenomena ini merambah komunitas seperti anak skena dan anak senja.
"Mereka semakin ekspresif, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengenakan kain (batik) dapat pergi ke mana saja," katanya.
Perkembangan ini menunjukkan bahwa batik berhasil beradaptasi dan diterima sebagai bagian dari fashion modern dan budaya populer anak muda. "Aku rasa itu sudah kemajuan yang sangat besar sekali," terang Iwet.
Minimnya Pembatik Muda Jadi Tantangan Besar
Namun, di balik tren positif tersebut, tersimpan tantangan serius yang perlu segera diatasi yakni regenerasi perajin batik.
Iwet Ramadhan mengungkapkan meskipun minat pakai batik melonjak, penerus pembatik yang berasal dari anak-anak muda masih sangat minim.
"Penerus pembatiknya yang dari anak-anak muda masih susah sekali. Tetap masih yang tua-tua," tegasnya.
Hal ini menjadi catatan penting. Kurangnya minat generasi muda untuk mendalami profesi pengrajin dikhawatirkan dapat memutus rantai keahlian tradisional yang menjadi inti dari warisan budaya tak benda Indonesia.