TangerangNews.com

Gubernur Banten Sebut Bullying Sekarang Lebih Parah Dibanding Jamannya Dulu, Gadget Jadi Biang Kerok

Muhamad Yusri Hidayat | Senin, 24 November 2025 | 18:30 | Dibaca : 13


Gubernur Banten Andra Soni. (@TangerangNews / Muhamad Yusri Hidayat)


TANGERANGNEWS.com-Rencana pembatasan gadget kembali menjadi sorotan setelah maraknya kasus bullying di berbagai daerah selama beberapa pekan terakhir.

Hal ini diperkuat dengan adanya kasus bullying yang menyebabkan salah seorang siswa SMP di Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, harus meregang nyawanya akibat bullying.

Gubernur Banten Andra Sony menegaskan upaya penanganan bullying tidak dapat berjalan efektif jika dilakukan secara sebagian. Karena itu, seluruh pihak yang terlibat harus ikut berkomitmen.

"Pembatasan gadget ini tidak bisa berdiri sendiri. Ini harus ada komitmen, konsensus nasional. Kita semua baik dari orang tua, murid, pendidik, dan lingkungan harus punya komitmen yang sama," ujarnya, Senin 24 November 2025.

Andra Soni membandingkan kasus bullying yang terjadi pada zamannya dengan yang terjadi pada zaman sekarang.

Ia menilai penggunaan gadget dan media sosial memberikan dampak yang besar pada meningkatnya kasus bullying yang meningkat akhir-akhir ini.

"Dulu, zaman saya sekolah, kasus bullying juga ada tetapi tidak banyak seperti sekarang. Pengaruhnya luar biasa. Untuk menyelamatkan generasi muda dan pelajar, harus ada kesadaran kolektif," katanya.

Ia menegaskan upaya pencegahan bullying harus dilakukan di seluruh jenjang pendidikan. Ia menyoroti kasus perundungan tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, tapi juga banyak di universitas.

Terkait rencana pembatasan gadget, Andra Soni menyebut bahwa itu merupakan kebijakan nasional yang harus didorong pemerintah daerah.

Ia mencontohkan sejumlah negara maju yang sudah menerapkan kebijakan serupa untuk melindungi generasi muda dari dampak  negatif penggunaan gadget.

"Pembatasan gadget ini kan adalah kebijakan nasional. Kita akan dorong itu. Beberapa negara-negara maju telah berhasil menerapkan kebijakan tersebut, salah satunya Finlandia," sebutnya.

Menurutnya, meskipun gadget memiliki manfaat positif, dampak negatifnya dapat menjadi sangat besar apabila tidak dikelola dengan baik.

Ia berharap kebijakan pembatasan gadget dapat menekan angka bullying dan menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih aman bagi pelajar.

Sebelumnya, Sekretaris Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Tangerang Agus Supriatna meminta para guru untuk meningkatkan pengawasan terhadap perilaku siswa di sekolah, termasuk memonitor aktivitas mereka di media sosial.

"Untuk guru agar selalu memonitoring perilaku anak didik di kelas untuk menghindari adanya bullying di sekolah, baik secara fisik maupun melalui media sosial," jelasnya, Kamis 20 November 2025.

Menurut Agus, dunia digital idealnya menjadi sarana pembelajaran yang positif bagi siswa. Namun ia mengakui bahwa berbagai konten di internet juga bisa membuat anak mudah terpengaruh hal-hal negatif.

Karena itu, ia menilai peran pengawasan dari guru dan orang tua sangat diperlukan.

"Kita harus menjadi teladan dalam membangun budaya digital yang sehat, positif, dan edukatif, serta mengedukasi peserta didik agar menggunakan media sosial sebagai ruang belajar, berbagi kebaikan dan menumbuhkan empati," tutupnya.