TangerangNews.com

Transmisi 150 kV Pangkalan Brandan–Langsa Pulih, Sistem Listrik Aceh Kembali Terhubung dengan Sumatra

Fahrul Dwi Putra | Senin, 29 Desember 2025 | 18:26 | Dibaca : 31


Tampilan salah satu tower transmisi 150 kV Pangkalan Brandan - Langsa di Aceh Tamiang yang terdampak parah oleh bencana banjir (kiri) dan tower darurat (kanan) yang berhasil dibangun untuk memulihkan kembali interkoneksi listrik Sumatra ke Aceh. (@TangerangNews / Istimewa)


TANGERANGNEWS.com- Jaringan transmisi listrik bertegangan 150 kilovolt Pangkalan Brandan–Langsa akhirnya kembali beroperasi setelah sebelumnya terdampak bencana. 

PT PLN (Persero) memastikan jalur vital tersebut sudah pulih sejak Rabu, 17 Desember 2025, sekitar pukul 13.30 WIB, sekaligus mengakhiri kondisi terpisahnya sistem kelistrikan Aceh dari jaringan besar Sumatra.

Dengan berfungsinya kembali transmisi ini, sistem kelistrikan Aceh yang sempat berdiri sendiri kini tersambung lagi ke jalur utama Sumatra. 

Hal itu menjadi fondasi penting bagi proses pemulihan pasokan listrik secara bertahap di wilayah Aceh, termasuk dimulainya kembali pengoperasian sejumlah pembangkit.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, jalur Pangkalan Brandan–Langsa memiliki peran strategis sebagai penghubung utama sistem kelistrikan Sumatra dan Aceh. Oleh karena itu, perbaikannya menjadi prioritas utama pascabencana.

“Tersambungnya kembali transmisi Pangkalan Brandan–Langsa adalah titik penting dalam pemulihan kelistrikan Aceh. Jalur ini menjadi backbone interkoneksi Sumatra–Aceh, sehingga pemulihannya membuka jalan bagi tahapan lanjutan pemulihan sistem secara menyeluruh,” ujar Darmawan di Aceh Tamiang.

Pemulihan jalur transmisi dilakukan dengan membangun tower darurat di beberapa titik yang mengalami kerusakan akibat banjir dan longsor. Upaya tersebut memungkinkan jaringan kembali dialiri listrik dengan standar keamanan yang terjaga.

Darmawan mengungkapkan, pekerjaan di lapangan tidak berjalan mudah karena petugas harus menghadapi berbagai kendala alam.

“Dalam prosesnya, pembangunan tower darurat ini dilakukan di tengah kondisi lapangan yang menantang, mulai dari akses lokasi yang terbatas, kontur medan yang labil pascabencana, hingga curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan genangan air dan lumpur yang ekstrem,” jelasnya.

Setelah interkoneksi kembali aktif, PLN langsung melanjutkan ke tahap berikutnya, yakni pengoperasian pembangkit listrik. Salah satu fokus utama adalah PLTU Nagan Raya. 

Menurut Darmawan, proses ini membutuhkan waktu sekitar dua hari untuk memastikan sistem berjalan stabil, mulai dari pemanasan unit, sinkronisasi, hingga pengujian performa sebelum beban listrik ditingkatkan.

“Pemulihan kelistrikan harus dilakukan berurutan. Setelah interkoneksi aman, kami masuk ke pengoperasian pembangkit agar pasokan yang dihasilkan benar-benar optimal dan dapat menopang sistem secara andal,” tegasnya.

Jika seluruh tahapan berjalan sesuai rencana, pasokan listrik akan disalurkan secara bertahap ke jaringan distribusi yang mencakup 20 gardu induk, 558 penyulang, dan 15.717 gardu distribusi yang melayani pelanggan di berbagai daerah Aceh.

Dalam proses pemulihan ini, lebih dari 1.600 personel PLN masih disiagakan di lapangan. Darmawan menyebut semangat warga Aceh yang tetap bertahan di tengah dampak bencana menjadi motivasi tersendiri bagi para petugas.

“Kami belajar dari semangat dan perjuangan masyarakat Aceh yang tidak pernah padam untuk bangkit dari kondisi bencana ini. Maka tim PLN tidak pernah menyerah karena ini bukan hanya soal memulihkan pasokan listrik, namun ini adalah simbol api perjuangan rakyat Aceh,” ungkapnya.

Lanjutnya, di sejumlah wilayah masih terdapat genangan air dan lumpur, sehingga penormalan jaringan listrik harus dilakukan dengan ekstra hati-hati demi keselamatan warga. 

Atas kondisi tersebut, Darmawan menyampaikan permohonan maaf sekaligus meminta dukungan masyarakat agar proses pemulihan dapat segera dituntaskan.

“Kami memahami betul ketidaknyamanan yang dirasakan masyarakat pascabencana. Atas kondisi ini, kami menyampaikan permohonan maaf. Kami memohon doa dan dukungan masyarakat Aceh agar seluruh tahapan pemulihan kelistrikan dapat diselesaikan dengan aman dan cepat,” tutup Darmawan.