TangerangNews.com
RS Omni Gelar Seminar dan Workshop Asia Pasific Cervical Spine Society
| Rabu, 23 November 2011 | 17:10 | Dibaca : 19286
Ilustrasi (tangerangnews / dira)
TANGERANG-Dengan 240 juta penduduk, Indonesia hanya memiliki sekitar 200 orang dokter ahli bedah saraf. Karena itu jangan heran bila banyak warga Indonesia yang berobat keluar negeri.
Itu dikatakan oleh dr Alferd Sutrisno Sp. BS, Kepala Neuroscience RS Omni Alam Sutera, Serpong,Kota Tangsel.
"Dengan jumlah penduduk Indonesia yang banyak, tapi jumlah dokter ahli bedah saraf hanya sekitar 200 orang, memang sangat kurang. Coba saja bandingkan dengan Jepang, yang memiliki sekitar 7.000 orang dokter ahli bedah saraf," ucapnya saat acara Seminar dan Workshop Asia Pasific Cervical Spine Society (APCSS).
Karena itu kata Alfred, perlu ditingkatkan kualitas atau kemampuan dokter di Indonesia agar mampu bersaing dengan para dokter dari luar negeri.
"Keadaan ini menjadi tantangan buat kami. Jangan sampai masyarakat kita justru pada berobat keluar negeri karena keadaan itu," ucapnya, yang juga menjabat sebagai Presiden Perhimpunan Bedah Saraf Asia Pasifik itu.
Menurut Alfred, seminar dan workshop yang kali ini diadakan, semata untuk menambah masukan bagi para dokter se-Asia Pasifik, khususnya Indonesia, mengenai perkembangan teknologi dan metode dalam operasi saraf dan tulang manusia.
"Saya coba kumpulkan para ahli se-Asia Pasifik untuk saling berbagi ilmu. Tujuannya agar ada standardisasi keilmuan di bidang bedah saraf dan tulang," ucapnya.
Selain itu kata Alfred, keadaan peralatan media di rumah sakit Indonesia, belum semuanya memadai. "Hanya rumah sakit besar yang peralatannya sudah lengkap dan setara dengan rumah sakit di luar negeri," ucapnya.
Karena itu kata Alfred, pemerintah harus berkomitmen keras dalam mengembangkan rumah sakit milik pemerintah.
"Haruslah lengkap, minimal peralatan seperti miroskop untuk melihat bibit penyakit dan virus sudah ada," ucapnya.
Menurut Alfred, Indonesia sangat potensial, karena memiliki jumlah penduduk yang besar. Karena itu banyak rumah sakit di luar negeri yang giat beriklan mencari pasien di Indonesia.
"Sangat disayangkan kalau potensi itu justru dinikmati oleh dokter asing dan rumah sakit luar negeri," tandasnya.
Pada pertemunan para Dokter bedah Saraf se-Asia Pacific ini diadakan workshop mengenai Cervical Anterior dan Posterior Aspect (teknik-teknik operasi untuk leher dari depan dan belakang), dan Thoraco Lumbar Postrior Aspect (teknik-teknik operasi melalui tulang belakang dan tulang ekor), serta Live Surgery Paint Management.
Maria Theresia Yulita, Direktur RS Omni, mengatakan, pihaknya bangga menjadi tuan rumah dalam kegiatan APCSS yang diadakan pertama kalinya di Indonesia.
"Kami berharap melalui kegiatan ini membuka mata dunia bahwa Indonesia itu tidak kalah. Di sini juga ada ahli bedah yang hebat," ucapnya.(DRA)