Sabtu, 4 Mei 2024

Permintaan Sabu-Sabu Meningkat Tajam

Gatot Sugeng Wibowo (Kepala Seksi Penindakan dan Penyidikan Bea Cukai Bandara Soekarno-Hatta). (tangerangnews / tangerangnews/dens)


TANGERANGNEWS-Permintaan Sabu-Sabu di Indonesia, khususnya di DKI Jakarta meningkat tajam setelah maraknya aksi petugas menggagalkan upaya penyelundupan para pelaku dari berbagai Negara.

Berdasarkan data yang dirilis petugas Petugas kantor pengawasan dan pelayanan Bea dan Cukai Bandara Internasional Soekarno-Hatta, pada tahun ini. Kasus penyelundupan sabu-sabu dan sejenisnya (ketamine), hingga akhir November  terdapat 20 kasus pada 2009. Kasus ini meningkat jika dibandingkan pada tahun sebelumnya 2008, yakni hanya mencapai 7 kasus.
 
Menurut Kepala Seksi Penindakan dan Penyidikan Bea Cukai Bandara Soekarno-Hatta Gatot Sugeng Wibowo, dampak dari penggagalan penyelundupan telah membuat harga sabu-sabu di Indonesia naik drastis. “Bahkan menurut keterangan para pelaku yang berhasil kami tahan, permintaan sabu-sabu di sini meningkat tajam. Di sini perkilo-nya mencapai Rp2 miliar. Umumnya para bandar di sini memang biasa mengandalkan suplai dari luar Negeri,” ujar Gatot kepada TangerangNews, siang ini.
 
Itu semua, kata Gatot bisa terlihat, psikotropika jenis sabu-sabu ini memang menjadi barang terlarang yang paling sering diselundupkan. Bahkan modus mereka (pelaku) sangat beragam, seperti menyelundupkan sabu dengan jenis cair dan sabu padat.
 
Penyelundupanya, mulai berasal dari negara-negara asia seperti Malaysia, Taiwan, Hongkong dan India juga Negara timur tengah Iran. Gatot mengatakan, sulitnya para mafia Narkoba di Indonesia mendapatkan sabu-sabu selain karena kerapnya penggagalan penyelundupan oleh petugas Bea dan Cukai juga karena pihak kepolisian telah berhasil membongkar sejumlah pabrik-pabrik besar pembuat sabu-sabu di tanah air.
 
”Jangan kan sabu yang sudah jadi.  Bahan bakunya saja  sudah susah didapat karena sering digerebek. Untuk itu jangan heran, kok semakin ditindak semakin jadi mereka menyelundupkan sabu, sebab memang mereka semakin kesulitan mendapat suplai,” tuturnya.
 
Informasi yang dia dapat harga sabu-sabu di Indonesia,  saat ini adalah harga paling tinggi setelah Jepang. Hanya terpaut Rp1 miliar perkilonya dari Jepang. Kalau di Indonesia Rp2 miliar perkilo, di Jepang senilai Rp3 miliar perkilo. Ditanya,kemungkinan banyak juga yang lolos. Dirinya mengatakan, potensi lolos memang masih ada, karena tidak mungkin petugas Bea dan Cukai memeriksa badan penumpang satu persatu.

Untuk memberlakukan zero %, perlu alat dengan biaya dan waktu yang cukup besar.“Dan itu sedang kita rencanankan. Tetapi saya jamin, 100% kita sudah sangat fokus dan tidak ada lagi toleransi meski dengan cara randome dan menganalisa peragai penumpang, Karena kita sudah hapal betul peragainya, ” ujarnya.(dira)

Tags