Sabtu, 4 Mei 2024

Saradine Kunjungi Korban Gizi Buruk di Tangerang

Peyanyi berbakat Saradine kunjungi korban gizi buruk di Tangerang. (tangerangnews / dira)

TANGERANG-Penyanyi remaja multitalenta Sarah Hardianti atau yang biasa dipanggil Saradine sebelum akan show di Supermal Karawaci, Sabtu (2/7) menyempatkan diri berkunjung ke rumah Dwi (12) remaja yang menderita gizi buruk.

Kedatangan Saradine menemui Dwi yang memprihatikan itu guna membantu keadaan Dwi. Saradine menyisihkan hasil keuntungan royalti ring back tone (RBT) dan album rekaman lagu berjudul “Masih Ada” yang diciptakan oleh Deddy Dhukun dan Dian Pramana Poetra.

“Saya berjanji kepada diri saya sendiri, jika album rekaman perdana (Masid Ada) diterima masyarakat, pertama –tama saya akan menyisihkan keuntungan untuk diberikan kepada mereka yang kurang mampu .

Tak sengaja dua pekan lalu   saya melihat tayangan berita di televise soal pemberitaan Dwi, jadi yah saya ke sini. Sebelum show,” ujar Saradine pelajar kelas tiga SMU Negeri 39 Cijantung, Jakarta Timur itu.
 
Kedatangan penyanyi yang pernah menyabet penghargaan Best Director & Best Scripwriterfilm documenter berjudul “Suara-Suara Tembok Kota” pada Festifal Film Insomnia 2010 itu disambut warga kampong tempat Dwi tinggal.

Saradine yang didampingi kedua orangtuanya itu lalu memberikan bantuan, baik uang maupun sembako. Bahkan, Saradine tak sungkan-sungkan harus menggendong dan mencium Dwi. “Saya merasakan perlu berbagi. Dan baru ini yang saya bisa berikan, mudah-mudahan kalau RBT saya terus naik, saya akan berbagi kepada yang lain. Ini RBT saya alhamdulilah dua bulan sudah lebih dari 100 ribu, saya janji tak akan berhenti di sini,” ujar Saradine.

Seperti diketahui, Dwi adalah warga penderita gizi buruk dan berdomisili di Kampung Karoyan, Desa Carenang, RT 6/3 , Cisoka, Kabupaten Tangerang. Dwi adalah anak ketiga dari pasangan suami istri Satria dan Umsinah. Tinggi Dwi tidak kurag dari satu meter, bobotnya sekitar 20 kg. tubunya hanya berbalut kulit tanpa gumpalan daging.

Karenannya, Dwi tidak bisa jalan dan juga tidak dapat berbicara. Dia selalu digendong oleh ibunya. “Saya memang orang kurang mampu. Waktu dalam kandungan delapan bulan dia lahir premantur. Mungkin memang karena makanan yang kami makan gurang gizi. Suami saya hanya tani kebun,” ujar Umsinah yang menggunakan bahasa Sunda. (DRA)

Tags