Rabu, 9 Juli 2025

Bertemu Ratusan Gen Z Tangerang, Mendukbangga Bahas 3 Isu Remaja dan Fatherless

Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji berdialog dengan ratusan remaja Tangerang di Aula Pendopo Bupati Tangerang, Ki Samaun, Kota Tangerang, Selasa 8 Juli 2025.(@TangerangNews / Rangga Agung Zuliansyah)

TANGERANGEWS.com-Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji mengadakan pertemuan langsung bersama ratusan remaja Tangerang, dalam kegiatan bertajuk “Menteri Menyapa Remaja dalam Wujudkan Indonesia Emas 2045”, Selasa 8 Juli 2025.

Acara yang berlangsung di Aula Pendopo Bupati Tangerang, Ki Samaun, Kota Tangerang ini, menjadi ruang dialog terbuka antara pemerintah dan generasi muda dalam menyambut bonus demografi menuju tahun 2045.

Hal yang menjadi fokus pembahasan Menteri Wihaji yakni terkait tiga isu remaja yakni pernikahan dini, seks bebas, dan penyalahgunaan narkoba (NAPZA).

Isu-isu ini dinilai penting karena berpotensi merusak pembentukan generasi muda yang berkualitas dan berencana. 

"Tiga isu inilah yang kita minta kepada teman-teman yang datang hari ini menjadi contoh dan mengkampanyekan kepada teman-teman lainnya karena itu saya termasuk yang fokus dalam hal ini," ungkap Wihaji.

Wihaji menjelaskan dampak negatif dari tiga isu tersebut. Pertama pernikahan dini, dapat menyebabkan anak stunting karena kondisi biologis yang belum matang.

"Rekomendasinya wanita 21 tahun. Kalau 19 tahun oke, karena itu batasnya menurut undang-undang. Untuk laki-laki 25 tahun. Ini supaya gen, sperma, ovum-nya siap sehingga matang untuk punya anak," jelasnya.

Begitu juga dengan seks bebas dan penyalahgunaan narkotika yang dapat megakibatkan berbagai masalah mulai dari hukum hingga kesejahteraan.

"Kalau terjadi pasti menyesal. Karena nanti pasti ada masalah hukum, masalah ekonominya, masalah kerjanya, masalah anaknya. Jadi supaya menjadi generasi sukses dan terencana hindari tiga isu ini," tegas Wihaji.

Tak hanya itu, Menteri Wihaji, juga menyinggung soal masalah fatherless atau ketidak hadiran peran ayah untuk anak.

Berdasarkan penelitian, sekitar 80 persen anak lebih sering mengobrol atau curhat dengan ibunya. Sementara ayah hanya sekedar meminta kebutuhan materil.

"Apakah lebih jelek jika hanya dekat ibunya? Tentu tidak. Tapi untuk lebih membentuk karakter leadeship itu dari bapak. Jadi bapaknya jangan cuma ngasih duit doang, harus ikut ngasuh anak. Kalau tidak ada peran keduanya, dikhawatirkan karakter yang jelek-jelek saja yang menular," tukasnya.

Untuk lebih meningkatkan peran ayah dalam keluarga, Menteri Wihaji menyebut pihaknya telah membentuk Gerakan Ayah Teladan. Gerakan ini bertujuan untuk mengatasi fenomena fatherless dan menciptakan generasi yang lebih berkualitas.

"Nanti saya akan kumpulkan 1.000 bapak-bapak untuk ikut Gerakan Ayah Teladan. Jadi bapak-bapak harus nganter anak ke sekolah, ikut ke kelasnya. Intinya mendorong peran ayah khususnya dalam pengasuhan, perlindungan, dan pendidikan anak," katanya.

Terkait Indonesia Emas 2045, Menteri Wihaji menjelaskan dari sekitar 72 juta keluarga di Indoesia, ada 70,2% penduduk yang usianya 14 sampai 65 tahun.

Artinya sekitar 70% usianya produktif. Untuk itu, mereka harus dipersiapkan sedini mungkin dengan matang.

"Disiapkan dengan memastikan agar anak-anak tidak stunting, jaga gizinya, IQ-nya tidak kurang dari 78. Termasuk tidak melakukan tiga isu remaja," pungkasnya.

Tags