Senin, 20 Oktober 2025

Kelas Bobrok Bak Kandang Kambing, Puluhan Siswa SMK di Legok Tangerang Minta Pindah Massal

Puluhan siswa SMK Al Ansor, Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang, demo minta pindah sekolah, pada Sabtu 18 Oktober 2025.(@TangerangNews / Iyus)

TANGERANGNEWS.com — Puluhan siswa SMK Al Ansor, Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang, melakukan aksi unjuk rasa di halaman sekolah mereka, pada Sabtu 18 Oktober 2025.

 

Para siswa menuntut agar dinas pendidikan memfasilitasi pemindahan mereka ke sekolah lain, lantaran merasa tidak tahan dengan kondisi sekolah yang tidak layak dan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang nyaris tidak berjalan.

 

Menurut para siswa, fasilitas sekolah sudah jauh dari kata layak. Ruang kelas kotor, meja dan kursi rusak, papan tulis pun tidak ada. Akibatnya, kegiatan belajar dilakukan hanya lewat ponsel.

 

“Ruang kelas kotor, meja kursi udah jelek, papan tulis pun nggak ada. Jadi kita belajar lewat HP, nggak nulis langsung di materi. Sekarang malah udah nggak ada KBM sama sekali. Dua bulan pertama masih ada, tapi makin ke sini gurunya nggak masuk,” ujar Cindy Aura, salah satu siswi  SMK Al-Ansor Kelas 12.

 

Dari empat ruang kelas yang ada, hampir semuanya dalam kondisi rusak. Atap bocor, lantai bolong, hingga sebagian ruangan tampak seperti kandang kambing.

 

Siswa juga mengaku sudah berkali-kali meminta perbaikan fasilitas ke pihak sekolah, namun tidak direspons.

 

Selain fasilitas, KBM nyaris berhenti total. Dari keterangan siswa, hanya dua sampai empat guru yang aktif datang ke sekolah. Sisanya sudah mengundurkan diri karena gaji tidak dibayar penuh.

 

“Guru di sini tinggal empat orang. Banyak yang resign karena gaji belum dibayar. Ada yang dibayar cuma dua bulan dari lima bulan ngajar, totalnya Rp420 ribu,” ujarnya.

 

Sementara itu, Abdul Azis, siswa kelas 12 lainnya mengatakan bahwa pihak sekolah tidak menerima kritik maupun tuntutan siswa.

 

Ketika murid mempertanyakan fasilitas, kejelasan ijazah, dan nilai rapor, kepala sekolah disebut menanggapinya dengan sikap tidak terbuka.

 

“Kita pernah minta soal fasilitas, tapi kepala sekolah kayak nggak terima. Soal ijazah juga belum jelas. Rapor pun cuma rapor bayangan, nilai rapor kelas 10 aja nggak tahu bener atau enggak,” kata Abdul Azis.

 

Azis menambahkan, jumlah siswa di sekolah kini tinggal 33 orang, terdiri dari 26 siswa kelas 12 dan 7 siswa kelas 11, sedangkan kelas 10 sudah tidak memiliki murid sama sekali.

 

Kondisi itu membuat para siswa khawatir masa depan pendidikan mereka tidak jelas. Mereka berharap agar Dinas Pendidikan Provinsi Banten segera turun tangan untuk menindaklanjuti persoalan tersebut.

 

“Kita pengennya satu sekolah ini dimutasi aja ke sekolah lain yang lebih layak. Karena udah nggak bisa diharap. Kepala sekolahnya juga nggak tanggung jawab,” tegas Abdul Azis.

 

Hingga berita ini diterbitkan, pihak sekolah belum memberikan tanggapan resmi.

Tags