Minggu, 19 Mei 2024

Kota Tangerang Dipilih Jadi Pilot Project Sampah

Pelantikan Arief-Sachrudin(Dens Bagoes Irawan / TangerangNews)


TANGERANG-Kota Tangerang akan  menjadi kota pertama di Indonesia yang dijadikan pilot project riset  dalam pengujian dan pengolahan sampah berbasis ramah lingkungan dari Lembaga Riset Muda Indonesia (LRMI).  Kota yang baru memiliki wali kota definitif  itu,  terpilih sebagai kota pertama untuk menjadi dari seluruh kota yang ada di Indonesia.


Wali Kota Tangerang  Arief R Wismansyah mengatakan, riset oleh LRMI tersebut akan dilaksanakan pada minggu kedua bulan Januari di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing.

Tujuan riset ini untuk mengurangi volume sampah secara efektif berbasis efesien dan ramah lingkungan. Selain itu, nantinya dari pengolahan sampah akan menghasilkan pembakit listrik skala makro.

Adapun alasan terpilihnya Kota Tangerang sebagai project pertama, Arief menambahkan, karena Pemkot Tangerang dinilai sangat konsisten dalam penanganan sampah sehingga sudah menjadi salah perhatian bank dunia.

Selain itu, kuantitas dan volume sampahnya yang sangat besar. Walaupun tercatat sudah ada 20 kota/kabupaten yang telah siap menjadi project riset ini. "Namun kota Tangerang menjadi kota pertama yang dipilih oleh LRMI untuk menjadi project riset," pungkasnya.

Dijelaskannya, project riset ini berbasis teknologi "Enviro Zero Waste System" yaitu metode dan hasil yang digunakan akan dikembangkan tetap berbasis lingkungan.

Cara kerja teknologi dalam pengolahannya tidak memerlukan pemilahan dan pemisahan sampah, sehingga berbeda dengan teknologi pengolahan sampah lainnya.

"Teknologi sangat efektif karena kita dapat mengelola sampah tanpa harus memilah sampah basah dan sampah kering, sampah langsung bisa diolah tanpa proses pengeringan," ujarnya.

Teknis sistem pengolahan sampah ramah lingkunan ini juga tanpa menggunakan bahan bakar karena sistem pembakaran menggunakan energi udara dengan bantuan blower.

Untuk awalnya, energi pembakaran dengan menggunakan magma karena pembakarannya harus bekerja selama 24 jam. Sehingga kondisi alat akan memiliki status panas stabil.

Dengan menggunakan teknologi ini pengelolaan sampah akan menghasilkan insectisida organik, pupuk dan abu bahan batako.

Arief menambahkan, bahwa teknologi ini akan mengelola sampah di TPA Rawa Kucing sebanyak 10 ton sampah setiap harinya.

Nantinya, bahkan bisa diterapkan di TPST karena memang sistemnya yang ramah lingkungan dan  tidak menggunakan bahan bakar serta  tidak menimbulkan bau sampah. “Bahkan akan tercium bau ragi karena ada metode fermentasi,” terangnya.
Tags Proyek Sampah