Senin, 27 Oktober 2025

Partisipasi Politik Generasi Muda: Menentukan Arah Demokrasi Kontemporer

Rifan Maulana, Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.(@TangerangNews / Rangga Agung Zuliansyah)

Oleh: Rifan Maulana, Mahasiswa Universitas Sultang Ageng Tirtayasa

 

TANGERANGNEWS.com-“Setiap generasi memiliki tanggung jawabnya sendiri dalam menentukan arah bangsanya.” Kutipan itu terasa begitu relevan di tengah dinamika politik saat ini. Di era ketika demokrasi diuji oleh derasnya arus informasi, polarisasi, dan ketidakpercayaan publik, peran generasi muda menjadi semakin krusial.

Bukan rahasia lagi, generasi muda adalah kelompok terbesar dalam populasi pemilih di banyak negara, termasuk Indonesia. Namun, fakta di lapangan sering kali menunjukkan sebaliknya: sebagian dari mereka memilih diam, acuh, bahkan memandang politik sebagai sesuatu yang kotor. Padahal, masa depan demokrasi tidak mungkin berdiri kokoh tanpa keterlibatan generasi yang akan memimpin di masa mendatang.

 

Antara Harapan dan Tantangan

Demokrasi kontemporer tidak lagi sama seperti dua atau tiga dekade lalu. Jika dulu ruang politik didominasi oleh pertemuan fisik, kini diskusi publik meluas ke platform digital. Di satu sisi, kemajuan teknologi mempermudah partisipasi; di sisi lain, banjir informasi yang tak tersaring justru menciptakan kebingungan, hoaks, dan perpecahan.

Generasi muda berada di tengah pusaran ini. Mereka punya energi, kreativitas, dan akses pengetahuan yang luas, tetapi juga rawan terjebak dalam apatisme atau aktivisme sesaat tanpa arah yang jelas. Tantangannya bukan sekadar mengajak mereka datang ke bilik suara, tetapi menumbuhkan kesadaran bahwa politik adalah bagian dari kehidupan sehari-hari dari harga kebutuhan pokok hingga masa depan pendidikan dan lapangan kerja.

 

Politik Lebih dari Sekadar Pemilu

Sering kali, politik di mata anak muda disederhanakan menjadi kegiatan lima tahunan: memilih atau tidak memilih. Padahal, partisipasi politik jauh lebih luas. Ikut diskusi publik, bergabung dengan komunitas sosial, mengawal kebijakan melalui petisi atau kampanye digital, bahkan menyuarakan kritik di media sosial adalah bentuk partisipasi yang sah dalam demokrasi modern. Sejarah pun memberi bukti: Reformasi 1998 tidak mungkin lahir tanpa keberanian mahasiswa. Hari ini, ruang perjuangan bisa berbeda bentuk, tetapi semangatnya sama memastikan suara rakyat, khususnya generasi muda, menjadi bagian dari keputusan penting negara.

 

Membaca Peluang di Balik Hambatan

Masalah yang kerap muncul adalah minimnya pendidikan politik yang relevan dan menarik. Politik sering kali dipersepsikan sebagai arena penuh intrik, jauh dari kehidupan nyata, dan hanya milik segelintir elite. Ditambah lagi, media sosial yang sebenarnya bisa menjadi ruang dialog, kadang berubah menjadi arena pertarungan opini yang bising dan melelahkan.

Namun, di balik tantangan tersebut, peluang terbuka lebar. Generasi muda adalah digital native mereka tumbuh dengan teknologi yang membuat aspirasi bisa disuarakan tanpa batasan jarak dan waktu. Mereka juga terbiasa berpikir kreatif, kritis, dan kolaboratif. Jika kekuatan ini diarahkan ke partisipasi politik yang sehat, kualitas demokrasi akan terangkat ke level baru. 

 

Solusi dan Pandangan ke Depan

Membangun partisipasi politik generasi muda bukan tugas yang bisa selesai dalam semalam. Dibutuhkan strategi jangka panjang, di antaranya:

• Meningkatkan literasi politik sejak bangku sekolah dan kampus, dengan cara yang relevan, interaktif, dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.

• Mendorong partai politik dan lembaga publik untuk lebih terbuka, transparan, dan memberi ruang bagi kader muda yang berintegritas.

• Mengembangkan platform demokrasi digital yang aman dan terpercaya, agar anak muda dapat menyampaikan aspirasi dan mengawasi kebijakan tanpa harus turun ke jalan setiap saat.

• Menumbuhkan budaya dialog dan kolaborasi, bukan hanya protes dan polarisasi, agar generasi muda tidak sekadar berteriak, tetapi juga membangun solusi nyata.

 

Saatnya Generasi Muda Menjadi Pelaku, Bukan Penonton

Demokrasi bukanlah hadiah yang diberikan secara cuma-cuma, melainkan amanah yang harus dijaga dan diperjuangkan setiap generasi. Dalam era kontemporer yang serba cepat dan dinamis, peran generasi muda justru makin penting  merekalah yang paling adaptif, paling dekat dengan perubahan, dan paling banyak menentukan arah masa depan bangsa. Saatnya berhenti hanya mengeluh tentang politik yang kotor, dan mulai membersihkannya dari dalam. Sebab, masa depan demokrasi ditentukan bukan oleh seberapa keras kita mengkritik, tetapi seberapa berani kita terlibat.

“Demokrasi bukan sekadar sistem, tetapi cermin dari kesadaran warganya. Ketika generasi muda berpartisipasi dengan cerdas dan berintegritas, di situlah harapan bangsa menemukan bentuk terbaiknya.”

Tags Artikel Opini Opini