Senin, 20 Oktober 2025

Mahasiswa: Antara Skripsi, Aksi, dan Demokrasi

Niptahul Anwar, Mahasiswa Semester 8 Universitas Yuppentek Indonesia.(@TangerangNews / Rangga Agung Zuliansyah)

Oleh: Niptahul Anwar, Mahasiswa akhir Universitas Yuppentek Indonesia

 

TANGERANGNEWS.com-Mahasiswa kerap berada di persimpangan jalan di satu sisi sibuk menuntaskan skripsi sebagai syarat akademik, di sisi lain dituntut hadir di garis depan memperjuangkan demokrasi. Pertanyaannya, masihkah generasi kampus hari ini mampu menjaga tradisi kritisnya tanpa meninggalkan tanggung jawab akademiknya?

Mahasiswa selalu dipandang sebagai kekuatan moral sekaligus agen perubahan. Dari era pergerakan kemerdekaan hingga reformasi 1998, sejarah mencatat betapa besar peran mahasiswa dalam mengawal arah demokrasi. Namun, di era sekarang, mereka dihadapkan pada dilema menyelesaikan skripsi sebagai tanggung jawab akademik, atau turun ke jalan menyuarakan aspirasi rakyat. 

Tuntutan kampus yang semakin berat membuat mahasiswa kerap terjebak pada rutinitas akademik. Skripsi, laporan penelitian, dan target kelulusan sering kali menyita perhatian utama. Namun, di saat bersamaan, isu-isu kebangsaan seperti korupsi, ketidakadilan sosial, dan penurunan kualitas demokrasi terus membutuhkan suara kritis mahasiswa.

Era digital membawa dinamika baru. Aksi mahasiswa tidak lagi sekadar turun ke jalan, tetapi juga bisa hadir dalam bentuk opini publik, kampanye digital, hingga gerakan sosial di media sosial. Meski lebih cair, tantangannya adalah menjaga agar suara mahasiswa tidak tenggelam dalam riuhnya informasi yang cepat usang. 

Skripsi dan aksi pada dasarnya tidak harus dipertentangkan. Keduanya bisa berjalan seiring jika mahasiswa mampu menjaga keseimbangan antara idealisme dan tanggung jawab akademiknya. Kehadiran intelektual muda yang kritis, terdidik, dan berani bersuara adalah modal penting bagi keberlangsungan demokrasi Indonesia.

Tags Artikel Opini Mahasiswa Tangerang Opini Skripsi