TANGERANG-Puluhan karyawan British International School (BIS), Bintaro, Tangerang Selatan (Tangsel), Rabu (6/4), menggelar aksi demo. Mereka menuding pihak yayasan BIS bersikap diskriminatif terhadap pekerja WNI.
"Kami menuntut keadilan. Karena selama ini kami diperlakukan tidak adil," ujar Sari Putri, Ketua Serikat Pekerja BIS.
Menurut Sari, jumlah pekerja WNI ada 300 orang, sedangkan pekerja WNA ada 120 orang. Pekerja WNI menduduki posisi yang beragam, mulai dari cleaning service hingga guru. Sementara pekerja WNA umumnya menduduki posisi guru dan manajemen.
"Biarpun posisi sama menjadi guru, namun gajinya beda. Bisa selisih beberapa kali lipat," kata Sari.
Berdasarkan informasi yang diterima, gaji guru WNI bisa mencapai Rp20 juta/bulan. Sedangkan gaji guru WNA Rp 35 juta/bulan. Sementara biaya sekolah untuk murid SD di BIS bisa mencapai Rp 110 juta/tahun.
Bahkan menurut Sari, yayasan BIS melarang terbentuknya serikat pekerja karyawan. Bagi yang bandel seperti dirinya harus siap berani menerima resiko PHK.
"BIS ini perusahaan asing bertaraf mutltinasional, masak tidak tahu bagaimana penerapan hak asasi manusia (HAM)? Tindakan mereka sudah sewenang-wenang," tegas Sari.
Menurut Sari, jika tuntutan mereka tidak dipenuhi, maka mereka akan melakukan aksi mogok kerja hingga Jumat (8/4) mendatang. "Jika tidak berhasil juga, kami akan beraudiensi dengan pemerintah pusat untuk minta bantuan," tandasnya.
Nahusman Peter, guru Bahasa Indonesia BIS, mengatakan bahwa pihak yayasan BIS sudah menginjak-injak martabat pekerja WNI. "Mereka bersikap diskriminatif," ujarnya.
Namun kata Nahusman, meskipun bersikap diskriminatif, dirinya tetap berkeinginan untuk bekerja di BIS. "Kami masih mencintai sekolah ini. Namun kami ingin ada perbaikan, dan perlakukan yang adil," ucapnya.
Sementara itu aksi demo yang berlangsung damai itu, dijaga ketat oleh puluhan Polisi dari Polsek Pondok Aren. Pihak yayasan BIS sendiri menutup diri untuk beraudiensi dengan perwakilan karyawan.(dra)
Tags