Sabtu, 4 Mei 2024

Awal Puasa Sekolah di Tangsel Tak Libur

Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangsel, Mathodah.(tangerangnews / dira)



TANGERANG-Sudah jadi kebiasaan, setiap menjelang Ramadhan siswa mendapatkan jatah libur sekolah. Kali ini berbeda. Untuk bulan puasa kali ini, siswa hanya mendapatkan jatah libur delapan hari. Libur tidak di awal, melainkan 8 hari terakhir puasa. 

    "Libur ini berlaku untuk semua jenjang, mulai SD-SMA/SMK dan sederajat," kata Mathodah, Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Tangsel, Selasa (9/7).
 
Dilanjutkan Mathodah, penetapan jumlah hari libur selama Ramadan ini berdasarkan kalender pendidikan yang sudah ditetapkan selama setahun.
    Ia memaparkan, kalender pendidikan untuk tahun ini sama dengan lembaga pendidikan yang ada di bawah naungan Kementerian Agama, dalam hal ini Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang setara dengan SD, Madrasah Tsanawiyah (MTs) sederajat dengan SMP, serta Madrasah Aliyah (MA) sederajat dengan SMA/SMK. "Sama, MI jumlah liburnya sama dengan SD," imbuhnya.
  
  Adapun, delapan hari libur di Ramadan tersebut terdapat 3 hari sebelum Idul Fitri dan 5 hari sesudah Idul Fitri.  Sehingga, jika dikalkulasikan jatah libur untuk Ramadan tahun ini hanya 8 hari.
 
"Semuanya sama, hanya ada yang minta dikecualikan untuk sekolah-sekolah non muslim. Biasanya mereka minta mulai liburnya lebih sedikit dan masuknya lebih lama," tuturnya.
    Untuk proses belajar mengajar selama Ramadan, Mathodah mengatakan sama dengan bulan biasa. Yakni, diisi oleh kegiatan belajar sesuai dengan kurikulum pendidikan di satuan pendidikan masing-masing. Hanya, seperti biasanya, di Ramadhan ada satu minggu yang disisihkan untuk kegiatan pesantren kilat.
 
"Waktunya diserahkan kepada sekolah. Biasanya, untuk sanlat dilakukan minggu kedua atau ketiga, sebelum libur Lebaran," ujarnya.

    Tak hanya, itu dalam Ramadhan juga ada buku panduan kegiatan Ramadan. Untuk jenis dan meteri buku ini, diserahkan kepada sekolah masing-masing. Karena biasanya, lanjut Mathodah, buku panduan tersebut dikoordinatori oleh guru agama yang ada di sekolah masing-masing.
 
"Tapi, kita upayakan tidak memberatkan siswa. Dengan cara, menganjurkan agar buku panduan tersebut dibuat sesuai kebutuhan siswa. Kalau memberatkan, kasihan siswanya," kata Mathodah. (TMN)
 

Tags