Rabu, 29 Oktober 2025

Jangan Disepelekan, Sensasi Jantung Deg-degan Bisa Jadi Tanda Penyakit Serius

Ilustrasi aritmia atau gangguan irama jantung. (@TangerangNews / Istimewa)

TANGERANGNEWS.com- Keluhan jantung berdebar sering dianggap sepele oleh banyak orang. Padahal, di beberapa kasus, sensasi “deg-degan” itu bisa menjadi tanda adanya aritmia atau gangguan irama jantung yang berpotensi serius bila tidak segera diperiksa.

Fenomena ini semakin sering muncul di kalangan masyarakat perkotaan dan kawasan industri seperti Serang dan Cilegon. 

Penyebabnya ialah pola kerja yang padat, kurang tidur, stres berkepanjangan, serta konsumsi kafein tinggi. Tidak jarang, seseorang baru menyadari gangguan tersebut setelah pemeriksaan medis mendalam.

Aritmia sendiri merupakan kondisi ketika detak jantung tidak berdetak secara teratur, bisa terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak berirama sama sekali. 

Dalam kondisi normal, jantung berdetak 60–100 kali per menit. Namun pada penderita aritmia, sinyal listrik yang mengatur detak jantung terganggu sehingga menyebabkan irama yang kacau.

Jenis aritmia tertentu seperti Fibrilasi Atrium (AFib) bahkan dapat memicu pembekuan darah dan meningkatkan risiko stroke, terutama pada pasien dengan tekanan darah tinggi atau diabetes.

Dokter spesialis jantung Bethsaida Hospital Serang dr. Maizan Khairun Nissa, Sp.JP(K), FIHA, AIFO-K, mengatakan, masyarakat memang sering kali menyepelekan gejala berdebar tersebut tanpa tahu bahayanya.

 “Padahal pada sebagian kasus, aritmia bisa berbahaya, terutama aritmia yang berasal dari ventrikel (bilik jantung). Bedanya, berdebar karena kopi atau stres biasanya singkat dan reda dengan istirahat. Tapi bila detak terasa tidak teratur, berlangsung lama, atau disertai nyeri dada, pusing dan sesak bahkan tidak sadarkan diri, pasien harus segera dibawa ke fasilitas layanan kesehatan,” ujarnya.

Gejala yang muncul bisa berbeda-beda, mulai dari detak jantung tidak beraturan, rasa lemas, hingga sesak tanpa sebab jelas. 

Beberapa pasien bahkan merasakan dada nyeri atau seperti melompat. 

“Kalau gejala ini muncul berulang, jangan ditunda. Aritmia bisa dicegah memburuk jika dideteksi lebih awal,” tambah dr. Maizan.

Ia menjelaskan, faktor risiko aritmia banyak dipengaruhi gaya hidup modern. Begadang, konsumsi kafein berlebihan, dehidrasi, stres emosional, hingga kebiasaan merokok dan pola makan tidak sehat bisa memicu gangguan irama jantung. 

Ketidakseimbangan elektrolit serta tekanan darah yang tidak terkontrol turut memperburuk risiko tersebut.

Untuk mendeteksi dan menangani kondisi ini, Bethsaida Hospital Serang menghadirkan layanan Heart Center terpadu yang dilengkapi fasilitas modern dan tim dokter spesialis berpengalaman. 

Misalnya saja langkah pemeriksaan seperti elektrokardiogram (EKG), Holter monitoring, hingga Electrophysiology Study (EPS) membantu dokter mendeteksi gangguan irama secara menyeluruh.

“Penanganan aritmia tergantung dari jenis kelainan irama yang diderita. Pada kasus bradiaritmia atau irama jantung terlalu lambat, pemasangan temporary pacemaker (TPM) sampai Permanent Pacemaker (PPM) dapat dilakukan sebagai ‘pengganti’ generator listrik jantung. Sedangkan pada kasus takiaritmia atau irama jantung yang terlalu cepat dan tidak beraturan, seperti atrial fibrilasi, premature ventricular contraction dan ventrikel takikardia, prosedur ablasi dapat menjadi pilihan pengobatan,” lanjut dr. Maizan.

Direktur Bethsaida Hospital Serang dr. Tirtamulya menambahkan, pihaknya berkomitmen memberikan layanan kesehatan jantung yang komprehensif melalui berbagai fasilitas yang mendukung.

 “Dengan dukungan teknologi modern dan tim spesialis berkompeten, Bethsaida Hospital Serang memastikan setiap pasien mendapatkan perawatan yang aman, profesional, dan berstandar tinggi,” tutupnya.

Tags Berita Kesehatan Bethsaida Hospital Penyakit Jantung Koroner Tips Kesehatan