Sabtu, 19 Juli 2025

Vape Picu Kanker Paru, Deteksi Dini dengan Teknologi CT Scan Low Dose

Dokter Spesialis Paru Siloam Hospitals Lippo Village Prof. Dr. dr. Allen Widysanto.(@TangerangNews / Rangga Agung Zuliansyah)

TANGERANGNEW.com-Kanker paru-paru menempati peringkat kedua sebagai kanker yang paling banyak diderita di dunia, termasuk Indonesia. Namun penyebab kematiannya menjadi yang paling tinggi dibanding kanker lainnya.

Celakanya, kanker paru tidak memiliki gejala dan keluhan pada stadium awal. Saat gejala batuk, sesak nafas atau sakit dada, masyarakat pun biasanya enggan pergi ke dokter. Kecuali, jika sudah batuk berat atau sampai batuk darah.

Penyakit mematikan ini kerap terdeteksi pada tahap lanjut ketika pasien sudah merasakan sakit.

"Banyak kasus kanker paru ditemukan pada stadium tiga atau empat, yang membuat pengobatannya lebih sulit dan kurang efektif," jelas Prof. Dr. dr. Allen Widysanto, Dokter Spesialis Paru Siloam Hospitals Lippo Village, Jumat 18 Juli 2025.

 

Faktor Risiko Penyebab Kanker Paru-paru 

Menurut Allen penyebab utama kanker paru-paru adalah merokok, baik rokok tembakau maupun rokok elektrik atau vape. Kedua jenis rokok ini sama berbahayanya karena mengandung nikotin dan zat-zat beracun lainnya.

"Asap rokok memiliki lebih dari 7.000 bahan kimia dan sekitar 70 bahan kimia lainnya dapat menyebabkan kanker. Vape juga tidak lebih aman, karena 75 persen cairan vape mengandung diacetyl, bahkan tanpa label peringatan," tegasnya.

Tak hanya perokok aktif, Allen menyebut perokok pasif, mantan perokok atau individu dengan riwayat keluarga kanker paru juga masuk kelompok berisiko tinggi terkena kanker paru.

 

Metode CT Scan Low Dose

Karena kanker paru tidak bergejala pada stadium awal, oleh karena itu, skrining dini menjadi sangat penting untuk meningkatkan harapan hidup pasien. Salah satu metode skrining yang efektif dan direkomendasikan adalah CT scan low dose.

Allen menjelaskan CT scan low dose adalah metode pencitraan yang menggunakan dosis radiasi lebih rendah dibandingkan dengan CT scan konvensional.

"Teknologi ini mampu menghasilkan gambar detail paru-paru dan mendeteksi nodul atau massa yang mungkin belum menunjukkan gejala klinis pada pasien," jelasnya.

Prosedurnya cukup sederhana dan cepat. Pasien hanya perlu berbaring di meja CT scan yang akan bergerak masuk ke dalam mesin pemindai. Proses ini biasanya memakan waktu kurang dari 10 menit dan tidak memerlukan persiapan khusus seperti puasa. 

"Deteksi dini menjadi kunci dalam meningkatkan angka harapan hidup pasien kanker paru. Dengan CT scan low dose, kami dapat menemukan kelainan pada paru bahkan sebelum gejala muncul, sehingga memungkinkan penanganan lebih cepat dan tepat," papar Allen

 

Penanganan Minim Invasif

Allen menyampaikan Siloam Hospitals Lippo Village juga menghadirkan prosedur operasi paru tahap awal (early stage surgery) dengan pendekatan minim invasif, menggunakan teknologi Video-Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS). 

Teknik ini, memungkinkan operasi dilakukan melalui sayatan kecil, sehingga mengurangi risiko komplikasi, mempercepat pemulihan pasien, dan mempersingkat masa rawat inap.

"Pendekatan minim invasif ini memberikan banyak manfaat bagi pasien. Pada tahap operasi, teknik dengan sayatan kecil menghasilkan bekas luka minimal, mengurangi nyeri pasca operasi, serta mempercepat proses pemulihan," ucapnya. 

Dengan metode ini, pasien dapat kembali beraktivitas normal dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan prosedur konvensional.

"Pendekatan minim invasif ini memberikan manfaat yang signifikan, terutama bagi pasien dengan kanker paru tahap awal. Mereka dapat pulih lebih cepat dan kembali menjalani aktivitas sehari-hari dengan kualitas hidup yang lebih baik," pungkas Allen.

Tags Berita Nasional Dokter Tangerang Kanker Paru Kesehatan Tangerang Penyakit Berbahaya RS Siloam Karawaci Siloam Hospitals Group Teknologi Kesehatan Tips Kesehatan