Selasa, 14 Mei 2024

BI Nilai Wajar Rupiah Tembus 14.000

Ilustrasi pertukaran mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat. Indonesia mengalami kenaikan utang luar negeri mencapai USD304,28 miliar per Juni 2015.(BI / tangerangnews)

TANGERANG – Nilai tukar rupiah kembali dalam tren pelemahan jelang keputusan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed).‎ Keputusan itu akan disampaikan usai pertemuan pada 16-17 Desember pekan ini.

Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI)‎, mengatakan pergerakan rupiah saat ini sudah dalam perkiraan BI, meskipun investor telah meresponS lebih dahulu sebelum keputusan disampaikan.

"Ya sebenarnya sudah diperkirakan, menjelang 17 Desember ada aktivitas demand terhadap dolar," ungkapnya di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (15/12/2015)

Di samping itu juga ada peningkatan kebutuhan dolar AS di dalam negeri menjelang akhir tahun. Di antaranya adalah pembayaran cicilan utang luar negeri oleh perusahaan‎ dan pembagian dividen. Sehingga wajar dolar AS kembali menembus Rp 14.000. "Kemudian juga ada kebutuhan akhir tahun, jadi sesuatu yang wajar saja," tegasnya.

BI akan tetap memantau pergerakan rupiah, terutama pascakeputusan The Fed. Meskipun besar kemungkinan akan ada kenaikan suku bunga AS sebesar 25 basis poin. "Yang penting nanti setelah 17 bagaimana reaksinya. BI ada di pasar untuk menjaga kurs‎," ujar Mirza.

Mirza mengakui, posisi rupiah masih belum mencerminkan fundamentalnya. ‎Hal ini dikarenakan sentimen eksternal yang mempengaruhi pasar keuangan. ‎"Kalau dilihat dari Fundamental yang membaik ya undervalue‎. Cuma kan memang nilai fundamental itu, kurs pasar tidak berjalan seiring. Saat pasar digerakkan oleh sentimen, maka kurs di pasar nggak ketemu. Saat sentimen terhadap China, Fed mereda, maka ketemu lagi," paparnya.

Tags Nasional