Senin, 22 September 2025

Gen Z Agen Perubahan Hakiki

Hany Handayani Primantara, SP., Pegiat Literasi.(@TangerangNews / Rangga Agung Zuliansyah)

Oleh: Hany Handayani Primantara S.P (Aktivis Muslimah Banten)

 

TANGERANGNEWS.com-Belakangan ini kita dikejutkan dengan hadirnya Gen Z dengan sebuah gebrakan baru. Keikutsertaan mereka dalam aksi demonstrasi, unjuk rasa hingga berbagai aspirasi yang sedang ramai disorot masyarakat lewat media sosial merupakan cerminan cara Gen Z merespon tekanan. Berbanding terbalik dengan fenomena Gen Z sebelumnya yang dikritik sebagai generasi stroberi dan rapuh ketika menghadapi sebuah masalah. Justru kini Gen Z hadir menjadi salah satu penyokong opini masyarakat yang terbilang jauh lebih baik dibanding generasi sebelumnya. 

Jika generasi sebelumnya, yakni generasi Millennial, Gen X, apalagi Boomers selalu melakukan tindakan destruktif dalam merespon sebuah tekanan, Gen Z justru memilih berbicara dengan ciri khasnya sendiri. Mereka manfaatkan teknologi melalui media sosial, meme, poster kreatif, hingga estetika visual untuk suarakan aspirasinya. Alih-alih menunjukkan kemarahan dengan membakar fasilitas yang dapat merugikan masyarakat, mereka justru nampak elegan dan berkelas dalam mengungkapkan pendapat di berbagai platform media sosial sebagai anak muda yang bersuara.

Fenomena keterlibatan jumlah anak dibawah umur yang ikut aksi demonstrasi merupakan sebuah angin segar sebagai media pembelajaran bagi mereka dalam menyampaikan pendapat di tengah masyarakat. Namun di satu sisi ada hal buruk yang perlu diwaspadai, yakni kemungkinan peluang remaja rentan terprovokasi sangat besar mengingat mereka belum cukup matang dalam mengontrol diri. Hal ini disampaikan oleh Psikolog Anak dan Remaja, Anastasia Satriyo, M.Psi., Psikolog melalui akun instagram pribadinya. (kompas.com, 05-09-25)

 

Mengubah Mindset Gen Z

Gen Z memiliki potensi kuat menjadi agen perubahan umat. Salah satu potensi mereka adalah Assertive engagement, yakni keterlibatan aktif dan terbuka dalam suatu situasi dengan cara tegas, namun tetap menghargai pihak lain. Karakteristik assertive engagement inilah ciri khas yang dimiliki Gen Z. Hal ini sangat potensial untuk dikembangkan demi perubahan bangsa ke arah yang lebih baik. Gen Z juga kuat dalam membangun koneksi dan solidaritas, baik secara online maupun offline. Dalam situasi penuh tekanan, Gen Z bahkan tidak mundur. Respon mereka ketika berhadapan dengan konflik yakni lebih memilih tetap terlibat aktif, misalnya dengan posting di berbagai media sosial, melakukan live streaming, atau membuat citizen jurnalisme.

Namun sangat disayangkan, berdasarkan ilmu psikolog karakteristik Gen Z justru diklasifikasikan sesuai arahan mind set kapitalisme. Pengembangan potensi Gen Z hanya fokus pada pendekatan spesifik Gen Z dengan menghilangkan kesadaran politiknya. Pengembangan potensi yang hanya mengandalkan bagaimana cara mempertahankan nilai dan identitas mereka sekaligus meminimalisir eskalasi konflik semata.

Padahal secara naluriah diciptakannya manusia, Allah sudah memberikan naluri baqa dalam diri manusia. Mereka secara otomatis akan menolak kedzaliman yang menimpanya dan berusaha mencari solusi untuk menghilangkan kedzaliman tersebut. Maka pada dasarnya potensi tersebut secara otomatis akan terbuka dengan adanya konflik tanpa perlu dikembangkan lagi. Justru yang harus disoroti adalah fokus bagaimana mengubah mindset Gen Z tersebut agar bisa menjadi bagian dari agen perubahan hakiki dengan potensi tinggi yang mereka miliki.

Ketika Gen Z memiliki kesadaran politik akan perubahan hakiki maka bisa dipastikan mereka mampu mengubah arus perpolitikan menjadi kekuatan yang membangkitkan umat dari segi pemikiran. Kebangkitan yang dihasilkan dari sisi pemikiran terbuka inilah dapat menjamin perubahan tanpa ada provokasi sebab lahir atas dasar kesadaran pribadi. Kesadaran akan pentingnya sebuah aturan lugas demi kelangsungan hidup yang lebih baik.

 

Islam Menjadikan Gen Z Tonggak Kebangkitan Umat

Secara fitrah manusia memiliki khosiatun insan yakni potensi hidup untuk mendapatkan pemenuhan sesuai syara bukan tuntutan psikologi. Sebab manusia merupakan hamba Allah dengan segala kebutuhannya. Di satu sisi Allah pun memberikan cara pemenuhan kebutuhan dan mengoptimalkan potensi bagi manusia melalui para rasul-Nya. Maka sudah selayaknya sebagai muslim untuk mengikuti bagaimana tata cara pemenuhan tersebut sesuai syara agar mampu mengoptimalkan potensi yang telah Allah berikan.

Potensi pemuda sejak masa Rasulullah saw juga digunakan sebagai garda terdepan dalam melakukan perubahan secara hakiki (taghyir). Islam menjadikan para pemuda sebagai tonggak kebangkitan umat. Sebab dari tangan pemuda-lah lahir pemikiran-pemikiran cerdas gemilang yang mampu menggugah pemahaman umat. Menjadi bagian dari agen perubahan hakiki bagi kebangkitan umat.

Selain itu Islam juga mengatur muhasabah lil hukam sebagai bagian dari koreksi sistem perbaikan umat. Melalui mekanisme yang sama sejak Rasulullah saw sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam surat An-Nahl ayat 125 berikut: Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

Sejarah mencatat bahwa peristiwa muhasabah lil hukam pernah dipraktekkan oleh Pemimpin para syuhadā’ yakni Hamzah bin Abdul Muthalib dan seorang laki-laki yang berdiri di hadapan penguasa zalim. Ia memerintahkannya kepada kebaikan dan melarangnya dari kemungkaran, kemudian penguasa itu membunuhnya. Itulah sebaik-baiknya jihad dan amalan di jalan Allah. Sudah saatnya kita mengoptimalkan potensi Gen Z sesuai syara agar kebangkitan umat bisa diperoleh secara hakiki. Sebab jika bukan kita, siapa lagi yang kelak akan melanjutkan perjuangan yang diwariskan Nabi.

Wallahu alam bishowab.

Tags Artikel Opini Gen Z Gen Z Tangerang Opini