TANGERANG-Rio Alba petani ikan bandeng menemukan kotoran sapi yang bisa membuat panen ikan lebih cepat dari biasanya.
Sarjana Bisnis dari Universitas Groningen Belanda dan lulusan Universitas Indonesia jurusan Ekonomi itu, mencoba mengenalkan produk ciptaannya agar para penambak ikan di Tangerang bisa lebih efisien dalam waktu panen.
Rio mengklaim, dengan pakan yang dibuatnya sendiri itu, bisa panen tiga kali dalam setahun atau setiap tiga bulan sekali. Tidak seperti petani ikan bandeng lainnya, butuh waktu tujuh bulan sekali, untuk panen.
“Saya sudah dua kali panen dengan pakan yang saya buat ini. Sedangkan petani tambak ikan bandeng lainnya butuh tujuh bulan untuk sekali panen,” ujar Rio saat ditemui di lokasi tambak ikan miliknya di Kampung Keramat, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Minggu (19/05).
Penemuan Rio itu berawal ketika dirinya ditawarkan oleh seorang warga di Pakuhaji yang ingin menggadai tambaknya. Tambak yang hanya seluas 2 hektare tersebut akhirnya digadai kepada dirinya sekitar Rp33 juta. Meski saat ini pekerjaan aslinya adalah arsitektur, Rio mencoba menggali ilmu dari ayahnya yang juga petani tambak ikan bandeng di Karawang.
“Saya ingin kembangkan bisnis, sekalian saya belajar sama ayah saya,” ujar Rio.
Rio yang masih berusia 22 tahun itu juga diuntungkan dengan memiliki mertua yang juga peternak sapi di Rumpin, Bogor.
Seringnya Rio melihat kotoran sapi di sana yang sudah mulai over capacity membuat Rio berpikir mencoba menjadikannya sebagai pupuk. Sebab, kata Rio, kotoran sapi di kandang milik mertuanya itu sudah menumpuk. Ada sekitar 5.000 ekor sapi ternak, dengan jumlah kotoran yang sudah tak sedikit. Ketika menjadi pupuk itulah, Rio iseng menebarkannya ke tambak ikan miliknya .
“Rupanya, banyak ikan yang makan. Selain itu juga muncul plankton. Plankton adalah mahluk yang bersel tunggal, yang biasa menjadi makanan alami bandeng,” terang Rio.
Setelah itu, Rio mulai memperhatikan komposisi pakan ikan milik orangtuanya di Karawang. Namun, harga pakan ternak yang dibeli orangtuanya dari pabrik menurut Rio terlalu mahal untuk petani ikan seperti dirinya.
“Saya pun akhirnya berkreasi. Campur dengan silikat dipupuk agar ikan gemuk dan memanjang. Ditambah tepung ikan agar mengandung kalsium, kulit padi, serbuk kayu biar ada seratnya kemudian ditambah tetes air tebu, ” terangnya.
Tetapi, kata dia, kotoran sapi tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu selama 45 hari. Selain itu juga, bahan lainnya juga harus dikeringkan, seperti kulit padi juga harus dipikirkan kandungan airnya.
“Tetapi, kotoran sapi harus dikeringkan dulu. Tetes tebu itu berfungsi untuk menambah bakteri dan memunculkan lactobacilus. Atau minimal keluarganya, ” ujarnya.
Ketika Koran SINDO melihat langsung hasil panen ikan bandeng milik Rio, memang berat bandeng dan panjangnya menghasilkan pertumbuhan yang baik.
“Kalau bandeng milik orang lain, 1 kilogram bisa 5 ekor, kita cukup 3 ekor satu beratnya 1 kilogram. Ini tentu menghasilkan margin lebih bagi pemilik tambak,” terangnya.
Selain itu, keunggulan pakan yang diproduksinya, Rio berani menebar benih ikan disaat musim penghujan. Hal yang tak lazim dilakukan oleh penambak ikan bandeng lainnya. “Karena bila ditaburkan dengan pakan saya ini, air menjadi cepat keruh karena tumbuhnya bakteri dari hasil pakan ternak,” terang warga yang tinggal di Modernlan, Cikokol, Kota Tangerang itu. (DRA)