TANGERANGNEWS.com- Pemerintah Republik Indonesia (RI) belum menetapkan status darurat bencana nasional setelah banjir dan tanah longsor melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat sejak 25 November 2025.
Padahal, bencana hidrometeorologi ini telah merusak berbagai infrastruktur strategis dan menelan korban hingga ratusan jiwa.
Anggota Komisi VIII DPR Dini Rahmania mengatakan, penetapan status darurat nasional diperlukan mengingat besarnya jumlah korban dan melumpuhnya infrastruktur penting di tiga provinsi tersebut.
"Empati saja tidak cukup. Pemerintah harus segera bertindak dengan kewenangan tertinggi untuk menetapkan status darurat bencana nasional," kata Dini dikutip dari Tempo.co, Senin, 1 Desember 2025.
Dini menilai status tersebut akan memberi dasar politik bagi presiden untuk melakukan audit lingkungan, moratorium izin, serta penegakan hukum terhadap pihak-pihak yang ditengarai merusak kawasan hingga memicu bencana.
Ia menambahkan, karakter bencana yang dipicu Siklon Tropis Senyar bersifat lintas wilayah sehingga membutuhkan komando terpadu dari pemerintah pusat.
Kerusakan jalur lintas Sumatra yang berdampak pada mobilitas logistik nasional juga dinilai memerlukan intervensi APBN.
Sementara itu, Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto mengatakan kejadian tersebut masih dikategorikan sebagai bencana daerah tingkat provinsi.
Ia menjelaskan, hanya ada dua peristiwa yang pernah ditetapkan pemerintah sebagai bencana nasional, yaitu pandemi Covid-19 dan tsunami Aceh 2004.
"Cuma dua itu yang bencana nasional. Sementara setelah itu banyak terjadi bencana gempa Palu, gempa NTB kemudian gempa Cianjur (bukan bencana nasional)," ujar Suharyanto pada Jumat, 28 November 2025, lalu.
Suharyanto mengatakan skala korban menjadi salah satu pertimbangan. Hingga 30 November, total korban meninggal di tiga provinsi tercatat 442 orang, sementara 402 orang lainnya masih hilang.
Korban terbanyak berada di Sumatra Utara dengan 217 orang tewas dan 209 hilang. Di Sumatra Barat, 129 orang meninggal dan 118 orang hilang, sedangkan di Aceh tercatat 96 korban tewas dan 75 orang hilang.
Menurutnya, kondisi di wilayah terdampak tidak sepenuhnya seperti yang digambarkan melalui media sosial.
Bahkan, kata dia, situasi sebenarnya sudah mulai pulih dan lebih terkendali setelah hujan berhenti.
“Memang kemarin kelihatannya mencekam karena berseliweran di media sosial,” ucap Suharyanto.
Lanjutnya, wilayah yang masih dalam kondisi serius saat ini adalah Tapanuli Tengah, sementara daerah lain pun mulai membaik.