TANGERANG--Endar Saputra ,24, dan temannya berinisial D, Jumat (30/3) harus meregang nyawa ditembak peluru polisi. Keduanya ditembak karena diduga sebagai anggota jaringan teroris dan pembunuh polisi di Bekasi, beberapa waktu lalu.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun , Endar dan D saat itu sedang tidur pulas di rumah kontrakan Endar di Jalan Masjid Al-Ikhlas, Kampung Lio, RT 06/01, Kelurahan Pondok Kacang Timur, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangsel. Sekitar pukul 03.00, rumah kontrakan itu diserbu polisi dari berbagai jurusan.
"Saya dibangunkan oleh polisi bahwa ada warga saya yang hendak ditangkap karena dianggap sebagai teroris," ucap Dahlan, Ketua RT 06/01 yang mengaku dibangunkan sekitar pukul dua dinihari.
Selanjutnya kata Dahlan dia ikut serta dalam rombongan polisi itu, untuk mengikuti proses penangkapan. "Pintu sempat diketuk. Tapi tidak dibuka. Malah terdengar suara tembakan dari dalam rumah Endar," ucapnya.
Mendapat sambutan berupa tembakan tadi, maka rumah kontrakan yang sudah dikepung polisi itu langsung dihujani tembakan. Proses baku tembak itu berlangsung sekitar 30 menit.
Melihat kondisi rumah kontrakan tersebut, baku tembak memang berlangsung seru. Bagian depan rumah kontrakan itu seperti hangus habis terbakar, sedangkan tembok samping tampak lima lubang bekas peluru.
Endar tewas tertelungkup di ruang tengah, sedangkan D tewas di atas plafon. Keduanya tewas akibat timah panas yang bersarang di bagian dada mereka. "Sebelum pintu didobrak, polisi sempat menembakan gas air mata ke rumah kontrakan itu," ucap Karmawan, tetangga Endar.
Menurut Karmawan, sebelum prosesi penggerebekan itu, polisi sempat mengintai. "Ada polisi yang datang sekitar pukul 19.00 WIB. Mereka berpakaian sipil, dan sempat minum kopi di rumah saya. Katanya sedang mencari seseorang," ucapnya.
Selama ini Endar Saputra tinggal bersama istrinya, Endah Rahayu ,21, dan dua orang anak mereka berusia 1,5 tahun dan enam bulan. Warga setempat mengenal Endar sebagai pedagang es sirsak, yang berdagang keliling dengan sepeda motor Honda Supra X B 4726 AE.
"Sehari-hari dia biasanya pergi pagi dan pulang sore," ujar Karmawan.
Endar mengontrak rumah itu dari pasangan suami istri, Doni - Vera, sejak lima bulan lalu senilai Rp 400 ribu perbulan.
Menurut Dahlan, warga sebenarnya sudah curiga terhadap pasangan muda itu. Karena Endah Rahayu sehari-hari mengenakan cadar. "Warga itu sudah alergi jika melihat ada yang bercadar. Kami curiga mereka teroris," ucapnya.
Akan tetapi warga tidak usil, dan membiarkan keduanya tinggal di rumah kontrakan itu. "Saya juga suka ngobrol. Suaminya sih baik. Cuma suka ada temannya yang datang, dua atau tiga orang sampai larut malam. Semuanya memiliki jenggot, dan berpakaian baju koko," ucap Karmawan.
Dari proses penggerebekan itu, polisi mendapati satu unit senjata jenis revolver, bubuk powder pembuat bom, buku jihad, dan buku panduan merampok bank, dan sebilah parang. Semua barang bukti itu dibawa polisi.
Sementara itu Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Toni Hermanto, yang ditemui di TKP, menyatakan kedua tersangka yang digerebek adalah pelaku pembunuh polisi di Bekasi. Keduanya ditangkap berdasarkan keterangan dari tersangka lainnya, TK, yang ditangkap di Cianjur beberapa hari lalu.
Menurut Toni, sejauh ini pihaknya belum bisa memastikan apakah keduanya benar teroris atau bukan. Namun dari barang bukti yang ditemukan, keduanya diduga memang anggota jaringan teroris.(DRA)