TANGERANGNEWS.com- Belakangan ini media sosial ramai diwarnai isu perceraian artis dan influencer. Alasannya beragam, mulai dari dugaan penipuan dan penggelapan uang, perselingkuhan, persoalan ekonomi, hingga konflik keluarga yang tak kunjung selesai.
Data sepanjang 2024 menunjukkan sekitar 399 ribu kasus perceraian terjadi di Indonesia. Angka tersebut memang sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 408 ribu kasus.
Namun, pada periode yang sama, jumlah pernikahan justru ikut menurun. Artinya, meski orang yang menikah semakin sedikit, angka perceraian masih bertahan di level tinggi. Jika dirata-ratakan, ada lebih dari seribu pasangan suami istri yang berpisah setiap hari, dilansir dari Satu Persen - Indonesian Life School, Kamis, 18 Desember 2025.
1. Mayoritas Perceraian Diajukan Istri
Sekitar 75 persen perkara perceraian di Indonesia merupakan cerai gugat atau gugatan yang diajukan oleh pihak istri. Data ini menunjukkan sebagian besar perceraian justru diinisiasi oleh perempuan, seiring dengan perubahan peran dan posisi mereka dalam keluarga dan masyarakat.
2. Perempuan Makin Mandiri Secara Ekonomi
Salah satu faktor kuat di balik cerai gugat adalah meningkatnya kemandirian ekonomi perempuan. Saat ini, banyak perempuan memiliki penghasilan sendiri sebagai ASN, guru, pekerja kantoran, pengusaha online, hingga influencer. Ketika ketergantungan finansial berkurang, toleransi terhadap pernikahan yang tidak sehat juga ikut menurun.
3. Pengaruh Media Sosial dalam Rumah Tangga
Media sosial turut membentuk standar baru dalam hubungan. Gambaran pasangan ideal sering kali ditampilkan secara berlebihan, mulai dari gaya hidup, bentuk perhatian, hingga penghasilan. Tekanan untuk memenuhi standar ini kerap memicu konflik, terutama ketika kondisi nyata tidak sejalan dengan apa yang dilihat di layar.
4. Masalah Ekonomi
Berdasarkan data Pengadilan Agama, pertengkaran terus-menerus, faktor ekonomi, dan meninggalkan pasangan menjadi penyebab utama perceraian. Masalah ekonomi bukan hanya soal penghasilan yang kurang, tetapi juga utang pinjaman online, judi daring, hingga tekanan akibat inflasi dan PHK yang memicu stres dalam rumah tangga.
5. Ekspektasi Pernikahan Semakin Tinggi
Dari sisi psikologis, banyak pasangan kini menaruh ekspektasi yang jauh lebih besar terhadap pernikahan. Hubungan tidak lagi hanya diharapkan memberi rasa aman dan cinta, tetapi juga menjadi ruang aktualisasi diri. Ketika harapan ini tidak terpenuhi, kekecewaan kerap berujung pada keputusan berpisah.