Connect With Us

Kisah Lenong Putri Tunah Bertahan di Era Digital

Mohamad Romli | Jumat, 28 Desember 2018 | 20:55

Pertunjukan kesenian Lenong Putri Tunah di HUT Kabupaten Tangerang ke-75 di Puspemkab Tangerang. (TangerangNews/2018 / Mohamad Romli)

 

TANGERANGNEWS.com-Tidak mudah menjaga kelestrian kesenian tradisional di era digital ini. Seiring dengan perkembangan teknologi, industri hiburan pun bergeser ke platform digital. Selera masyarakat yang kemudian lebih menggandrungi kesenian populer,  membuat satu persatu grup kesenian tradisional tenggelam.

Salah satu grup kesenian yang masih bertahan di Kabupaten Tangerang adalah Lenong Putri Tunah. Kesenian teater tradisional atau sandiwara rakyat Betawi yang dibawakan dalam dialek Betawi itu berdiri sekitar tahun 1960-an dengan Hj. Tunah sebagai pendirinya di Desa Pekayon, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang.

Pertunjukan kesenian Lenong Putri Tunah di HUT Kabupaten Tangerang ke-75 di Puspemkab Tangerang.

"Nenek saya (Hj Tunah) mendirikan grup ini saat berusia 15 tahun, sekarang sudah masuk generasi kedua," ungkap Sabila, cucu dari pendiri grup kesenian tradisional itu kepada TangerangNews.com, Jumat (28/12/2018).

Gadis yang sedang menempuh pendidikan di UNIS Tangerang ini juga mengatakan, bahwa dirinya adalah generasi ketiga yang akan mewarisi dan harus melanjutkan perjalanan grup Lenong Putri Tunah yang saat ini dipimpin Supyani. 

"Renegerasi sedang dilakukan, memang gak mudah jadi pemain lenong, karena butuh kemampuan dan mental yang kuat. Rata-rata sih otodidak," tambahnya.

Grup kesenian tradisional ini pun berkesempatan tampil di HUT Kabupaten Tangerang ke-75 di Puspemkab Tangerang. Meski sepi penonton, namun tidak menyurutkan semangat para aktor untuk berakting diatas panggung.

"Alhamdulilah, sampe sekarang kita masih bertahan. Kita masih tampil diacara hajatan dan rutin setiap tahun tampil di HUT Kabupaten Tangerang," papar Udin, salah seorang aktor grup lenong tersebut.

Ia juga mengaku, bahwa animo masyarakat semakin menurun kepada kesenian tradisional, terutama generasi muda. Sehingga perlu terobosan dari pemerintah untuk melestarikan kesenian tradisional itu.

"Perhatian Pemkab Tangerang masih kurang untuk melestarikan kesenian tradisional ini. Kita mengharapkan ada perhatian agar lenong tetap bertahan bahkan berkembang," imbuhnya.

Dicontohkannya, semestinya ada bantuan dari Pemkab Tangerang untuk peremajaan alat-alat musik yang mengiringi pementasan lenong itu, yaitu gambang kromong.

"Gak ada bantuan dari Pemda, padahal ada dinas kebudayaan. Saya juga enggak tahu kenapa," katanya.

Masih kata Udin, yang membuat grup Lenong Putri Tunah masih bertahan hanya karena masih ada masyarakat di Kabupaten Tangerang yang mencintai kesenian tradisional.

"Masih ada yang kalau hajatan nanggap lenong, gak cuma di wilayah pesisir utara Tangerang, kita juga main sampe ke Curug. Bahkan pernah di HUT Banten," tutupnya.(RMI/HRU)

BISNIS
Ide Bisnis Kuliner UMKM Laris Manis di Musim Hujan

Ide Bisnis Kuliner UMKM Laris Manis di Musim Hujan

Senin, 15 September 2025 | 16:06

Musim hujan seringkali membuat orang malas keluar rumah. Kondisi ini justru bisa dimanfaatkan sebagai peluang bisnis kuliner, terutama untuk makanan yang identik dengan suasana hangat dan kenyamanan.

TEKNO
Tangkal Buzzer, Pemerintah Kaji Usulan Satu Orang Satu Akun Medsos 

Tangkal Buzzer, Pemerintah Kaji Usulan Satu Orang Satu Akun Medsos 

Selasa, 16 September 2025 | 13:10

Pemerintah melalui Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Nezar Patria memberikan tanggapan terkait wacana pembatasan penggunaan akun media sosial menjadi satu orang satu akun.

AYO! TANGERANG CERDAS
Banten Jadi Provinsi dengan Mahasiswa Aktif Terbanyak, Tembus 1,6 Juta

Banten Jadi Provinsi dengan Mahasiswa Aktif Terbanyak, Tembus 1,6 Juta

Minggu, 20 Juli 2025 | 11:19

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), Banten menjadi provinsi dengan jumlah mahasiswa aktif terbanyak di Indonesia, yakni sebanyak 1.687.634 mahasiswa per tahun 2024.

OPINI
Pendidikan Tinggi: Tangga Sosial yang Tak Terjangkau Semua Orang

Pendidikan Tinggi: Tangga Sosial yang Tak Terjangkau Semua Orang

Selasa, 16 September 2025 | 15:19

Pendidikan tinggi kerap disebut sebagai tangga mobilitas sosial—jalan bagi anak-anak dari keluarga biasa untuk mendaki ke strata sosial yang lebih tinggi. Namun kenyataan di lapangan sering kali tidak seindah slogan.

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill