TANGERANGNEWS.com- Tak banyak yang tahu, nama Kecamatan Pinang di Kota Tangerang ternyata memiliki akar sejarah yang erat dengan buah pinang, yakni tanaman palma yang tidak hanya dikenal secara botani, tetapi juga menjadi bagian penting dari kehidupan sosial masyarakat tempo dulu.
Kecamatan Pinang dulunya merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Cipondoh. Seiring waktu, wilayah ini berkembang menjadi kecamatan tersendiri yang menyimpan kisah unik di balik namanya.
Dalam buku karya Burhanudin berjudul Melacak Asal Muasal Kampung di Kota Tangerang, dijelaskan bahwa ada dua versi yang diyakini menjadi asal nama Pinang.
Versi pertama berhubungan dengan tradisi “meminang” atau melamar perempuan. Dalam adat lama, buah pinang selalu menjadi perlengkapan penting dalam acara lamaran bersama dengan daun sirih dan bahan-bahan lainnya.
Di masa silam, setiap prosesi meminang di wilayah ini selalu melibatkan buah pinang sebagai simbol penghormatan dan kesopanan.
Sementara versi kedua berkaitan dengan keberadaan pohon pinang itu sendiri. Seperti banyak kampung lain di Nusantara, nama suatu tempat sering kali diambil dari tumbuhan yang tumbuh menonjol di wilayah tersebut.
Menurut catatan sejarah, di depan Kantor Desa Pinang tempo dulu berdiri sebatang pohon pinang besar yang menjadi penanda arah bagi masyarakat sekitar.
“Pohon ini dijadikan acuan utama, sehingga ketika masyarakat bertanya arah, mereka cukup merujuk pada kantor yang ada pohon pinangnya. Perannya sebagai ciri khas dan penunjuk arah alami turut memperkuat asal-usul penamaan wilayah ini,” terang Burhanudin dalam bukunya.
Kendati demikian, kedua versi ini sama-sama menggambarkan betapa eratnya hubungan masyarakat Pinang dengan tradisi dan alam di sekitarnya. Baik dari sisi budaya meminang maupun keberadaan pohon yang menjadi simbol lokasi, keduanya menegaskan bahwa nama “Pinang” berakar dari kearifan lokal dan kehidupan sehari-hari masyarakat zaman dulu.
“Melalui penelusuran sejarah ini, diharapkan masyarakat dapat memahami bahwa Pinang merupakan wilayah yang kaya akan warisan tradisi dan pengetahuan lokal, yang terangkum dalam kisah sebuah pohon yang kini menjadi nama wilayah,” tutup Burhanudin.