Connect With Us

Jangan Sepelekan Skizofrenia, Ini Gejalanya

Redaksi | Jumat, 9 Oktober 2020 | 13:21

Dalam rangka Hari Kesehatan Jiwa Sedunia pada 10 Oktober 2020, Sequis menggelar mengenai gangguan skizofrenia. (Istimewa / Istimewa)

 

TANGERANGNEWS.com-Anda masih ingat Kasus Isabella Guzman? Remaja asal Colorado, Amerika Serikat yang menikam ibu kandungnya hingga 151 kali pada 2013.

Lalu pengadilan memutuskan agar ia dirawat di rumah sakit jiwa dalam jangka waktu yang tidak ditentukan dengan alasan gangguan jiwa skizofrenia.

Kasus ini menjadi topik hangat pemberitaan juga di media sosial sehingga banyak orang menjadi penasaran apa itu skizofrenia.

Orang awam biasanya mendefinisikan skizofrenia sebagai halusinasi, delusi, dan memiliki pikiran yang kacau.

Hal ini tidak sepenuhnya salah. Tetapi, diagnosis yang lebih tepat harus dilakukan oleh ahlinya karena harus mengikuti kriteria diagnostik tertentu.

Menurut Psikolog RS Ciputra Hospital CitraGarden City Meiske Yunithree Suparman gangguan skizofrenia memiliki 3 fase perjalanan klinis.

Dimulai dari fase prodromal, yaitu fase awal terlihat gejala gangguan, seperti menarik diri dari lingkungan, konflik di tempat kerja, kesulitan berhubungan sosial, kurang mampu menjaga kebersihan diri.

Pada fase ini intervensi medis sudah seharusnya dilakukan untuk mencegah kondisi menjadi lebih serius dan tingkat pulihnya lebih memungkinkan, karena dengan penanganan yang tepat pasien skizofrenia bisa hidup mandiri dan aktif di tengah masyarakat.

"Untuk itu, kesadaran untuk melakukan deteksi dini dari keluarga pasien ikut menentukan masa depan pasien skizofrenia," jelasnya, Jumat (9/10/2020).

Kemudian ada fase aktif, ditandai dengan kekacauan alam pikir, perasaan, tingkah laku. Pasien juga kesulitan membedakan kenyataan versus yang tidak nyata sehingga bicara menjadi kacau.

Selanjutnya, fase residual, yaitu fase sisa dengan gejala-gejala lanjutan, seperti halusinasi atau waham (keyakinan seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan), menarik diri, afek tumpul atau datar serta gejala lainnya namun tidak menonjol.

"Pada sebagian besar kasus, gejala-gejala di atas seringkali terlihat tumpang tindih pada fase yang berbeda," jelasnya.

Gangguan skizofrenia tidak memandang usia, gender, atau status ekonomi. Namun, gejalanya lebih banyak terdeteksi pada saat usia remaja atau dewasa awal.

Pasalnya, usia tersebut adalah masa pertumbuhan transisi menuju masa yang lebih matang dan banyak permasalahan yang mungkin belum mampu terselesaikan, sehingga mental cenderung mudah rapuh.

Bila skizofrenia sudah terdeteksi sejak dini, Meiske menyarankan agar segera dirujuk ke psikiater atau psikolog untuk mendapatkan penatalaksanaan penanganan lebih lanjut.

“Gangguan skizofrenia merupakan suatu perjalanan panjang bagi mereka yang mengalaminya. Penanganan harus dilakukan sedini mungkin agar tidak terlambat, terlebih kemungkinan terjadinya kesembuhan akan lebih tinggi jika ditangani sejak dini," ujarnya.

Untuk itu, Meiske berharap agar masyarakat mulai peduli pada permasalahan gangguan jiwa.

Cara sederhana dengan mengenali gejalanya, tidak melakukan perundungan, jangan jauhi dan memberikan label buruk.

"Bantu mereka (pengidap skizofrenia) mencari pertolongan ke ahlinya,” katanya.

Menurutnya, keluarga juga merupakan faktor penting keberhasilan penanganan pengidap skizofrenia.

Ia menyarankan agar keluarga dapat mencari dukungan dengan bergabung bersama komunitas-komunitas pengidap ataupun keluarga pengidap skizofrenia.

Permasalahannya adalah banyak orang enggan untuk memeriksakan diri ke psikolog atau psikiater karena takut di-cap gila dan kendala biaya yang tinggi sehingga orang cenderung mengabaikan dan menutup-nutupinya.

Ivan Christian Winatha, Branding and Communication Strategist MiPOWER by Sequis mengatakan ada asuransi kesehatan yang menyediakan manfaat perlindungan berupa pertanggungan konsultasi ke psikolog dan pengobatannya, yaitu asuransi kesehatan MiPROTECTION.

Asurani ini memberikan sejumlah penggantian biaya konsultasi ke psikolog sebanyak 5 kali sesi konseling/tahun polis untuk gangguan mental skizofrenia, bipolar, dan OCD sesuai ketentuan polis.

Generasi milenial nantinya akan menjadi generasi penerus. Itu sebabnya banyak sekali anjuran dan tips hidup sehat bagi milenial agar kita bisa produktif. Tetapi, sehat jasmani saja tidak cukup, mental pun harus sehat.

"Apalagi, milenial rentan pada gangguan mental semacam skizofrenia, maka milenial perlu melengkapi diri dengan perlindungan MiPROTECTION," sebutnya.

Menurutnya, roduk ini mencakup perlindungan kesehatan mental, perlindungan atas kecelakaan, penyakit kritis, dan jiwa.

Produk ini dapat dimiliki dari usia 18-55 tahun dengan premi terjangkau mulai dari Rp123.500/bulan, sehingga milenial dapat memanfaatkannya untuk menjaga kesehatan mental, kesehatan fisik, dan jiwa.

Menutup diskusinya Ivan mengajak para milenial untuk menjadikan hari kesehatan jiwa sedunia, sebagai momen untuk meningkatkan literasi kesehatan jiwa.

Karena gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan dampaknya bukan saja pada soal kejiwaan, tapi juga dapat menganggu finansial pasien dan keluarganya.

"Sehingga milenial sebaiknya melengkapi diri dengan asuransi MiPROTECTION sebagai cara bijak memproteksi finansial," paparnya.(RAZ/HRU)

PROPERTI
Maggiore Fresh Market Jadi Pusat Belanja dan Kuliner Modern Teranyar di Gading Serpong Tangerang 

Maggiore Fresh Market Jadi Pusat Belanja dan Kuliner Modern Teranyar di Gading Serpong Tangerang 

Senin, 20 Oktober 2025 | 16:33

Paramount Land meluncurkan pasar modern terbaru yang berlokasi di kawasan Maggiore, Paramount Gading Serpong, bertajuk Maggiore Fresh Market.

KAB. TANGERANG
Motor Pedagang Bensin Eceran Ludes Terbakar Usai Isi BBM di SPBU Cisoka

Motor Pedagang Bensin Eceran Ludes Terbakar Usai Isi BBM di SPBU Cisoka

Senin, 20 Oktober 2025 | 23:23

Satu unit sepeda motor terbakar hebat di pinggir Jalan Raya Jalan Raya Cangkudu, Desa Caringin Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang, Senin 20 Oktober 2025 malam.

AYO! TANGERANG CERDAS
Banten Jadi Provinsi dengan Mahasiswa Aktif Terbanyak, Tembus 1,6 Juta

Banten Jadi Provinsi dengan Mahasiswa Aktif Terbanyak, Tembus 1,6 Juta

Minggu, 20 Juli 2025 | 11:19

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), Banten menjadi provinsi dengan jumlah mahasiswa aktif terbanyak di Indonesia, yakni sebanyak 1.687.634 mahasiswa per tahun 2024.

BANDARA
InJourney Airports Latih 24 Warga Lokal Jadi Personel Keamanan Bandara Soetta Melalui Program Airport Cerdaskan Bangsa

InJourney Airports Latih 24 Warga Lokal Jadi Personel Keamanan Bandara Soetta Melalui Program Airport Cerdaskan Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 | 20:11

PT Angkasa Pura Indonesia (InJourney Airports) Kantor Cabang Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) secara resmi meluncurkan program Corporate Social Responsibility (CSR) unggulan bertajuk "Airport Cerdaskan Bangsa".

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill