Connect With Us

Childfree Jadi Tren, Begini Kata Psikolog 

Tim TangerangNews.com | Sabtu, 28 Agustus 2021 | 12:23

Dr. Tri Rejeki Andayani. (Istimewa / Istimewa)

TANGERANGNEWS.com-Dalam konten #Newsroom63B berjudul ‘Nikah Tapi Memilih Gak Punya Anak, Kok Bisa?’ yang ditayangkan kanal YouTube TirtoID pada 21 Mei 2021 lalu, disebutkan bahwa gaya hidup childfree atau memutuskan tidak memiliki anak mengalami tren peningkatan baik di Indonesia maupun luar negeri.

Beberapa alasan yang melatarbelakangi keputusan tersebut antara lain masalah personal, finansial, latar belakang keluarga, kekhawatiran akan tumbuh kembang anak, isu atau permasalahan lingkungan, hingga alasan terkait emosional atau maternal ‘instinct’.

Keputusan ini memang sangat personal. Akan tetapi, juga tidak menutup kemungkinan memunculkan beberapa dampak seperti adanya stigma negatif dari masyarakat bahkan keluarga sendiri. Stigma tersebut pun membuka kesempatan timbulnya tekanan sosial bagi pasangan dengan keputusan childfree.

Terkait hal ini, Dr. Tri Rejeki Andayani, S.Psi., M.Si., Psikolog Sosial dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menuturkan bahwa salah satu pihak yang perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan childfree ialah keluarga besar.

Pernikahan pada prinsipnya, imbuh Dr. Tri, tidak hanya melibatkan dua individu saja, tetapi juga dua keluarga besar. Alhasil, keputusan untuk tidak memiliki anak sebaiknya disampaikan ke orang tua masing-masing..

“Sebab, orang tua dari pasangan suami istri itu tentu memiliki harapan pada pernikahan anak-anaknya. Salah satunya harapan untuk memiliki cucu yang meneruskan keturunannya,” kata Tri yang disiarkan Humas UNS. 

Apabila keputusan tersebut tidak dapat diterima, tentu dapat menjadi tekanan sosial bagi pasangan. Namun, jika dapat diterima, maka pasangan akan lebih mudah menghadapi tekanan sosial dari masyarakat di luar keluarga.

Mengapa Bisa Memutuskan Childfree?

Ketika menemui fenomena childfree, keheranan barangkali akan menjadi respons yang dominan. Mengapa menikah jika kemudian tidak memiliki anak?

Hal ini ini tidak terlepas dari perspektif budaya kolektif kita. Kultur masyarakat menuntut atau mengharapkan seseorang yang telah memasuki usia dewasa untuk menikah dan setelah menikah akan ditanyakan tentang kehadiran anak.

Seperti yang dijelaskan di atas, ada beberapa alasan yang melatarbelakangi keputusan tersebut. Salah satu alasan yang menarik yakni berkaitan dengan isu atau permasalahan lingkungan. Populasi penduduk bumi yang semakin meningkat, tetapi tidak sejalan dengan ‘kesehatan’ bumi dan ketersediaan pangan. Hingga childfree akhirnya dipilih sebagai langkah yang dapat ditempuh.

Dr. Tri pun menyinggung perspektif teori perkembangan Erikson, yang menyatakan setiap orang akan memasuki tahap stagnan versus generativitas. Orang yang stagnan cenderung sulit menemukan cara berkontribusi pada kehidupan.

Sementara itu, generativitas akan mendorong seseorang peduli pada orang lain, kemudian selalu menciptakan dan mencapai hal-hal yang membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik, termasuk melalui pernikahan.

Akan tetapi, pada perkembangannya, generativitas ini tidak hanya membatasi pada domain pernikahan dan menjadi orang tua. Sehingga orang-orang yang memutuskan hidup lajang atau childfree biasanya akan mengekspresikan generativitasnya melalui berbagai bidang kehidupan.

“Seperti menjadi relawan, aktivitis lingkungan hidup, bekerja secara profesional, atau terlibat dalam kegiatan agama, sosial, maupun politik,” tambah Dosen Psikologi FK UNS ini.

Di sisi lain, Dr. Tri mengatakan, ketidakyakinan akan kemampuan dalam merawat dan mengasuh anak juga menjadi salah satu kekhawatiran yang sering kali dialami. Oleh karenanya, salah satu pembekalan yang penting diberikan di masa persiapan nikah adalah membangun parenting self-efficasy pada keduanya.

“Sehingga calon ayah atau ibu memiliki keyakinan diri terhadap kompetensinya dalam merawat dan memberikan pengasuhan pada anak yang secara positif. Hal ini akan berpengaruh pada perilaku pengasuhannya dan menunjang tumbuh kembang anak secara optimal,” katanya.

SPORT
Eks Pelatih Persija Berlabuh ke Persita Tangerang

Eks Pelatih Persija Berlabuh ke Persita Tangerang

Jumat, 13 Juni 2025 | 10:54

Persita Tangerang resmi menunjuk Carlos Pena sebagai pelatih kepala baru untuk menghadapi kompetisi Liga 1 musim 2025/2026.

PROPERTI
Sinar Mas Land Hadirkan Hunian Bergaya Modern Colonial, Cek Harganya

Sinar Mas Land Hadirkan Hunian Bergaya Modern Colonial, Cek Harganya

Minggu, 15 Juni 2025 | 16:35

Sinar Mas Land hadirkan Klaster Averon di Kota Wisata Cibubur, Jakarta, sebagai pilihan hunian terbaru dengan gaya arsitektur modern colonial.

AYO! TANGERANG CERDAS
Wajib untuk Daftar SPMB 2025, Begini Cara Aktifkan Fitur Geotagging Foto Diri

Wajib untuk Daftar SPMB 2025, Begini Cara Aktifkan Fitur Geotagging Foto Diri

Senin, 16 Juni 2025 | 10:55

Salah satu syarat terbaru yang wajib dipenuhi calon peserta didik dalam proses pendaftaran Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025 di Provinsi Banten ialah mengunggah foto diri di depan rumah lengkap dengan informasi lokasi atau fitur geotagging.

TOKOH
Deddy Corbuzier Punya 19 Properti Senilai Rp66,5 Miliar, Termahal Ada di Tangerang

Deddy Corbuzier Punya 19 Properti Senilai Rp66,5 Miliar, Termahal Ada di Tangerang

Senin, 9 Juni 2025 | 18:31

Staf Khusus Menteri Pertahanan Bidang Komunikasi Sosial dan Publik, Deddy Cahyadi atau yang lebih dikenal sebagai Deddy Corbuzier, diketahui memiliki kekayaan fantastis.

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill