TANGERANGNEWS.com-Pemerintah Indonesia resmi memulai revolusi pengelolaan sampah nasional dengan membuka pintu investasi besar-besaran di sektor Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL).
Melalui mandat Presiden Prabowo Subianto dalam Perpres No. 109 Tahun 2025, proyek ini diposisikan sebagai aset strategis yang memadukan solusi ekologi dengan profitabilitas ekonomi sirkular.
Langkah ini mempertegas posisi Indonesia sebagai destinasi utama investasi hijau dunia.
Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq, menekankan bahwa proyek ini dirancang untuk mencapai skala ekonomi yang optimal.
Dengan syarat minimal input sampah sebesar 1.000 ton per hari per wilayah, proyek PSEL menjanjikan stabilitas operasional bagi investor.
"Kami telah mengintegrasikan sistem perizinan terpadu bersama Kementerian Investasi/BKPM untuk menjamin keamanan investasi. Dari sisi teknis, kami juga membuka ruang inovasi termasuk kemudahan impor perangkat teknologi canggih agar operasional di lapangan tidak terhambat," ujar Menteri Hanif saat Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) di Jakarta, Rabu 17 Desember 2025.
Dalam Rakortas yang melibatkan sejumlah kementerian dan Danantara, Dalam rapat ini, pemerintah menyepakati perluasan pembangunan PSEL ke dalam dua tahap (batch).
Awalnya batch pertama berjalan di Tangerang Raya (Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan), Bogor Raya dan Denpasar Raya.
Kini, batch kedua resmi mencakup aglomerasi Surabaya Raya (Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Lamongan), Lampung Raya (Bandar Lampung, Lampung Selatan, Lampung Timur), dan Serang Raya (Kota Serang, Cilegon, Kabupaten Serang).
45 Pemerintahan Bidik PSEL Indonesia
Daya tarik proyek ini tidak hanya bersifat domestik. Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Patria Sjahrir, mengungkapkan bahwa antusiasme investor global terhadap PSEL Indonesia sangat masif.
"Dukungan kini meluas hingga mencakup 45 pemerintahan di Timur Tengah, serta respons positif dari China, Jepang, dan 34 negara lainnya yang telah lulus tahap kualifikasi pertama," ungkap Pandu.
Menurutnya, PSEL Indonesia kini dipandang sebagai solusi nyata krisis iklim yang memiliki nilai komersial tinggi di pasar global.
"Dengan total kapasitas pengolahan yang diproyeksikan mencapai 14.000 ton sampah per hari, fasilitas PSEL ditargetkan mampu menyerap hampir 10% dari total timbulan sampah nasional pada tahun 2029," jelas Pandu.
Bagi para investor, proyek ini menawarkan ekosistem yang matang karena bersinergi dengan infrastruktur eksis seperti TPS 3R dan TPST RDF.
Selain menciptakan ribuan lapangan kerja baru, proyek ini diproyeksikan menjadi tulang punggung ekonomi hijau Indonesia dalam satu dekade ke depan.