Connect With Us

Skandal Minyakita Oplosan Dalam Pusaran Kapitalisme

Rangga Agung Zuliansyah | Minggu, 16 Maret 2025 | 15:55

Fajrina Laeli S.M, Aktivis Muslimah. (@TangerangNews / Rangga Agung Zuliansyah)

Oleh: Fajrina Laeli S.M., Aktivis Muslimah

 

TANGERANGNEWS.com-Tahun 2025 belum setengah tahun dilewati, tetapi sudah banyak kejadian lucu dialami negeri “dagelan” ini. Masih hangat dengan berita Pertamax yang dioplos, sudah muncul lagi berita oplosan Minyakita.

Satu hari satu fakta? Sepertinya benar adanya. Setelah menelan pil pahit Pertamax yang dioplos dengan Pertalite dan menyebabkan kerugian sebesar hampir 1 kuadraliun (dpr.go.id, 4 Maret 2025). Kini muncul temuan adanya dugaan oplosan Minyakita yang takarannya tidak sesuai dalam kemasan botol yang tertera 1 liter, tetapi setelah diukur ternyata hanya 750 hingga 800 mililiter. Ini jelas merupakan bentuk kecurangan terhadap rakyat. (tirto.id, 9 Maret 2025).

Kasus Pertamax oplosan belum juga tuntas, muncul temuan kecurangan takaran Minyakita. Bukti, sejatinya dua fakta besar tersebut hanyalah segelintir dari ruwetnya penanganan berbagai problematika di negeri ini. Berbagai kecurangan di balik kedua fakta tersebut mengindikasi gagalnya negara dalam mengatasi para korporat yang hanya mementingkan keuntungan.

Hal ini menjadi bukti bahwa negara hadir hanya sebagai regulator saja, bisnis pokok yang penting diserahkan kepada korporasi untuk mencari keuntungan dengan bola liar yang bebas tanpa pengawasan. Jangankan mengawasi korporasi, bahkan mengawasi badan usaha sendiri milik sendiri saja negara sering kecolongan.

Jika sudah begini siapa yang merugi? Tentu saja rakyat lagi. Kaum borjois makin menjadi, mengeruk keuntungan dari negara dan rakyat di balik perlindungan payung hukum. Tidak heran jika hukuman penjara pun tidak akan membuat jera. Masa hukuman pun kerap dipangkas dengan remisi, ditambah denda yang diberi tak sesuai dengan ruginya. Alhasil, para penjahat berdasi tidak pernah kapok berbuat kecurangan dan tindak penipuan lainnya.

Ya, sengkarut permasalahan ini tidak heran jika terjadi dalam naungan sistem kapitalisme. Sistem rusak yang mengagungkan materi dan kekuasaan sehingga melakukan berbagai cara kotor demi keuntungan dengan menguasai rantai distribusi pangan. Menerabas aturan, tidak mengindahkan halal dan haram. Dosa tak lagi dipikirkan, hanya kesenangan duniawi yang diagungkan. Inilah wajah sebenarnya sistem ekonomi kapitalisme.

Padahal seharusnya negara yang menguasai rantai distribusi pangan karena negara wajib bertanggung jawab atas hal tersebut, bukan malah abai dan menyerahkan kepada swasta. Lagi-lagi oligarki terus berkuasa sehingga segala kebijakan yang dikeluarkan selalu berpihak kepada cukong pengusaha, tetapi selalu memberatkan rakyat.

Dari segala fakta tersebut, negara seolah memang tidak peduli terhadap rakyat. Sejatinya, dalam paradigma Islam, negara adalah raa’in bagi rakyat. Wajib bagi negara untuk menjamin kesejahteraan rakyatnya melalui kebijakan yang diemban. Negara wajib mendahulukan urusan umat dan menjamin kebutuhannya dari segala aspek.

Islam sebagai sistem sahih menjadikan negara sebagai pengendali distribusi makanan. Alhasil, tidak akan kecurangan yang terjadi karena terjadi pengawasan.

Paradigma dalam sistem Islam pun akan berubah terhadap rakyat, bukan seperti hari ini yang berlandaskan untung dan rugi, melainkan melakukan pelayanan untuk rakyat karena amanah yang diemban. Tidak akan ada pengurangan takaran karena hal curang tersebut dilarang oleh Allah dan akan celaka, sesuai dengan QS. Al-Muthaffifin 1 – 3.

"Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang), (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan, dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi."

Dari sini manusia yang sadar akan dirinya sebagai hamba Allah tidak akan melakukan tindakan tercela. Selain itu pengawasan juga dilakukan negara karena adanya kadi hisbah yang akan melakukan inspeksi dalam pasar. Jika ditemui ada kecurangan seperti kasus Minyakita oplosan, negara akan memberikan sanksi tegas. Inilah ketegasan negara jika sistem Islam diterapkan. Sungguh hanya sistem sahihlah yang mampu menyejahterakan seluruh masyarakat. Wallahualam bisshawab.

KAB. TANGERANG
Pos Modular Kesehatan Merah Putih Hadir di Pasar Kelapa Dua, Pedagang Bisa Cek Gratis

Pos Modular Kesehatan Merah Putih Hadir di Pasar Kelapa Dua, Pedagang Bisa Cek Gratis

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:13

Kabar gembira bagi masyarakat Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang. Kini, urusan cek kesehatan tidak perlu lagi jauh-jauh ke Puskesmas atau Rumah Sakit.

NASIONAL
Mendagri Minta Gubernur Rampungkan Penetapan Upah Minimum 2026 Sebelum Natal

Mendagri Minta Gubernur Rampungkan Penetapan Upah Minimum 2026 Sebelum Natal

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:12

Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian meminta pemerintah daerah agar tidak menunda penetapan upah minimum tahun 2026.

OPINI
Bahasa Anak Gen Z di Media Sosial: Antara Kreativitas Linguistik dan Evolusi Otak Digital

Bahasa Anak Gen Z di Media Sosial: Antara Kreativitas Linguistik dan Evolusi Otak Digital

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:51

Di era ketika setiap ekspresi terekam dalam unggahan, bahasa kini menjadi cermin identitas digital. Ungkapan seperti “healing-an dulu biar nggak overthinking” atau “LOL” tidak lagi sekadar rangkaian kata

TEKNO
Apa Itu Ethereum Fusaka? Ini Penjelasan yang Mudah Dipahami

Apa Itu Ethereum Fusaka? Ini Penjelasan yang Mudah Dipahami

Kamis, 4 Desember 2025 | 21:54

Fusaka pada dasarnya adalah peningkatan teknis yang mengubah cara data diproses di dalam jaringan Ethereum.

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill