TANGERANG-Menteri Perhubungan EE Mangindaan di Bandara Soekarno-Hatta menceritakan bagaimana pihaknya seminggu lalu pergi ke London untuk bekerjasama di dalam
International Airport. “Di sana satu jam di
declare 80-an pesawat. Kalau dikita satu jam di
declare 64 pesawat,” terangnya.
Sama dengan di Bandara Soekarno-Hatta, di London pun ada dua runway. Disana, diatur, managemen pengaturan waktu untuk mencegah delay. “Setelah saya suruh Dirjen naik keatas tower mereka, antara lain kita lihat ada alat yang belum lengkap,”katanya.
Alat apa yang kurang? Menurut Dirjen Perhubungan Udara Herry Bhakti S Gumay, alat tersebut bernama
air taffic flow system (ATFS). Jadi satu orang petugas ditower itu menurut Herry , bisa meng-
cover dua sisi. Alat tersebut bisa mengatur pesawat dan speednya. “Itu kan butuh disiplin dari petugasnya dan pilot. Kalau itu berjalan efisien juga,” kata Herry.
Indonesia, kata dia, sebenarnya sudah memiliki. Namun, saat ini sedang dibangun dibelakang bandara Soekarno-Hatta. “Jadi ada jarak untuk pengaturan pesawat dan speednya diatur. Kesulitan kita apa? Tinggal tunggu waktu lah,” katanya.
Sedangkan Mangindaan menambahkan, soal banyaknya delay diakuinya dirinya pun terkena dampai delay. “Ya menteri saja kena delay kok, karena memang padat,” katanya.
Lalu solusi dari itu dalam waktu dekat ini menurut Mangindaan akan dialihkan ke Halim Perdanakusumah, Jakarta. Tetapi itu semua sifatnya sementara dan hingga saat ini pihak TNI -AU bersama Angkasa Pura II masih menunggu kesiapannya.
“Kami telah proses ke BUMN, sampai saat ini masih menghitung berapa persen yang akan dialihkan dari Soekarno-Hatta. Sebab , di sana selain dipakai latihan TNI juga digunaan untuk
flying school. Belum lagi ada
carter flights Itu banyak juga pesawat, carteran diparkir di sana. Tetapi kita minta sebanyak mungkin. Kami dapat informasi mereka latihan sejak pukul 08.00-12.00 WIB. Diluar itu mungkin bisa kita pakai. Paling tidak sedikit teratasi,” ujarnya.