TANGERANG-Unjuk rasa penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat Tangerang (Amarta) berlangsung ricuh, Kamis (22/3).
Ratusan mahasiswa tersebut sempat saling dorong dengan aparat Kepolisian di depan gedung Pusat Pemerintah Kota Tangerang.
Dalam orasinya, mereka menilai kenaikan BBM adalah senjata Presiden SBY untuk bodohi rakyat. Pasalnya, naiknya harga minyak dunia melebihi angka USD 115, sementara asumsi harga minyak di APBD 2011 berada pada angka USD 95 per barel.
"Kita ini miskin di negeri yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah ruah, termasuk sumber energi seperti minyak bumi. Namun kenyataannya hampir sebagian diolah dan di eksploitasi oleh pihak asing, dan kita hanya dapat ampasnya,” Kata Koordinator Aksi, Romly Sanjaya.
Para mahasiswa ini juga membawa replika keranda mayat yang bertuliskan "Pemerintah SBY-Boediono Telah Mati", sebagai bentuk kecaman terhadap presiden.
“Kenaikan harga BBM merupakan tindakan menyengsarakan rakyat karena efek dominonya, harga barang-barang akan membumbung tinggi dan kebutuhan hidup pasti ikut naik,” tungkas Romly.
Pada saat mahasiwa ingin masuk menemui ketua DPRD Kota Tangerang, mereka dihadang aparat kepolisian. Ketika mereka memaksa, aksi saling dorong pun terjadi. Bahkan salah satu mahasiwa pingsan sehingga langsung dibawa menggunakan ambulans. "Kami mau Ketua DPRD merekomendasikan penolakan kenaikan harga BBM," teriak mereka.
Setelah kericuhan tersebut, perwakilan dari Fraksi PKS dan PPP DPRD Kota Tangerang menemui mahasiswa. Mereka mengaku mendukung tuntutan mahasiswa agar pemerintah membatalkan kenaikan harga BBM.
"Pada dasarnya tuntutan mahasiswa sah-sah saja dan sangat kita terima. Tapi yang jadi persoalan, kalau tuntutannya ke DPRD Kota Tangerang itu salah sasaran karena kebijakan BBM itu dari Pemerintah Pusat," kata Anggota Fraksi PPP DPRD Kota Tangerang Rahmat Hakim.(RAZ)