TANGERANGNEWS.com-Pemerintah Pusat menyoroti krisis sampah yang melanda Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Kementerian Pekerjaan Umum (PU) blak-blakan menyebut kondisi TPA Cipeucang saat ini sudah tidak lagi mampu menampung volume sampah harian.
Menteri PU Dody Hanggodo dalam media briefing di Jakarta, Kamis 18 Desember 2025, mengungkapkan bahwa produksi sampah di Tangsel telah melampaui angka 1.000 ton per hari.
Jumlah ini berbanding terbalik dengan infrastruktur yang tersedia.
"Tangsel itu kan tempat buang sampahnya (TPA) sudah penuh," ujarnya seperti dilansir dari Kontan.
Menurutnya, Kementerian PU yang sebelumnya membangun Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) sebagai skema pengelolaan sampah eksisting, kini tidak lagi memadai.
"Sebab fasilitas tersebut hanya dirancang untuk pengolahan skala kecil di bawah 500 ton," terang Dody.
Karena itu, ia menegaskan bahwa satu-satunya cara menyelamatkan Tangsel adalah dengan beralih ke teknologi Waste to Energy (WtE) atau Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL).
Landasan hukumnya pun sudah diperkuat oleh Presiden Prabowo Subianto melalui Perpres Nomor 109 Tahun 2025.
"Teknologi ini paling efektif dan efisien karena sampah langsung dibakar dan dikonversi menjadi sumber energi, sehingga tidak menumpuk di lahan parkir TPA," jelasnya.
Sementara itu, Dirjen Cipta Karya, Dewi Chomistriana mengungkap kesenjangan yang sangat lebar antara sampah yang dihasilkan warga dengan kemampuan TPA.
Produksi sampah Tangsel sekitar 800 hingga 1.000 ton per hari. Sedangkan kapasitas maksimal TPA Cipeucang hanya 400 ton per hari.
Meski kondisi saat ini kritis karena TPA Cipeucang sedang ditutup sementara untuk penataan landfill baru dan cegah longsor, secercah harapan muncul.
Dewi membocorkan bahwa Pemkot Tangsel kini resmi diusulkan masuk ke dalam program waste to energy (WtE) tahap III. "Saat ini sudah masuk tahap evaluasi, termasuk penentuan titik lokasi proyeknya," pungkas Dewi.