TANGERANGNEWS.com- Perusahaan pemilik merek minuman Teguk, PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK), berencana memperluas lini usahanya ke bidang frozen meat dan food processing. Hal ini lantaran bisnis utamanya mengalami tekanan sepanjang 2024.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), pihak manajemen menyebutkan rencana ekspansi ini sejalan dengan perkembangan industri makanan dan minuman di Indonesia.
“Perseroan berencana untuk menambahkan kegiatan usaha di bidang frozen meat dan food processing,” tulis manajemen dikutip dari CNBC Indonesia, Selasa, 28 Oktober 2025.
Pihak TGUK menilai, peluang industri makanan beku dan pengolahan pangan masih terbuka lebar.
Pertumbuhan urbanisasi, meningkatnya jumlah pekerja perkotaan, serta tingginya permintaan produk siap saji dan sumber protein hewani menjadi faktor yang mendorong potensi bisnis ini.
Namun, ekspansi ini dilakukan di tengah kondisi keuangan perusahaan yang tertekan. Sepanjang 2024, TGUK menutup lebih dari seratus gerai akibat lemahnya daya beli masyarakat menengah ke bawah yang selama ini menjadi pasar utamanya.
Berdasarkan laporan keuangan Desember 2023, perusahaan masih memiliki 152 gerai, namun dalam Public Expose 30 Desember 2024, jumlahnya menyusut drastis menjadi hanya 35.
Manajemen mengakui tahun 2024 menjadi periode yang tidak mudah karena penurunan penjualan dan tekanan ekonomi hingga perusahaan mencatat rugi sebesar Rp20 miliar pada kuartal III-2024, berbalik dari laba Rp4,16 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kerugian tersebut, menurut perusahaan, disebabkan oleh tiga faktor utama, yakni tagihan dari platform online yang cukup besar, investasi pada produk es krim yang tidak sesuai ekspektasi, serta biaya dari penutupan toko.
Dampak penutupan gerai juga terlihat pada jumlah karyawan tetap yang hanya tersisa empat orang, masing-masing menjabat sebagai Supply Chain Manager, IT Manager, F&B Manager, dan Assistant Manager Business Development.
Tak hanya itu, TGUK juga melaporkan kerugian tambahan akibat bahan baku yang rusak dan kedaluwarsa.
Lebih lanjut, manajemen menjelaskan bahwa nilai bahan baku per September 2024 mencapai Rp22,5 miliar, namun menurun menjadi Rp1,1 miliar pada akhir tahun.
“Ini disebabkan oleh penghapusan persediaan yang disebabkan barang-barang persediaan yang rusak dan expired,” tulis manajemen.
Perusahaan menyebut, kerusakan bahan baku tersebut terjadi akibat penurunan aktivitas bisnis yang signifikan menyusul penutupan 126 gerai Teguk sepanjang tahun lalu.