TANGERANGNEWS.com-Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang membangun embung untuk pengendali daya rusak air dan mengurangi kerugian akibat banjir.
Ada 5 polder yang disiapkan sebagai tampungan air maupun mengurangi limpasan permukaan saat hujan deras dengan itensitas tinggi.
Dua diantaranya kolam retensi yang dalam proses pengerjaan yakni Embung Cibadak di Kecamatan Cikupa dan Embung Sudirman di Kecamatan Tigaraksa.
Peletakan batu pertama Polder Cibadak telah dilakukan Bupati Tangerang Moch Maesyal Rasyid pada pertengahan Juni 2025 lalu.
Menurut Maesyal pembangunan polder dan tandon menjadi solusi jangka panjang. Sebab, pembangunan infrastruktur itu secara efektif mengurangi daya rusak air dengan menampung kelebihan volume air, lalu mengalirkannya secara sistematis sesuai kapasitas badan air pembawanya menuju sungai.
"Polder Cibadak ini menjadi tonggak awal upaya Pemerintah Kabupaten Tangerang mengatasi persoalan banjir selama lebih dari satu dekade di kawasan Cibadak," kata Maesyal, Senin 30 Juni 2025.
Embung Cibadak merupakan bagian dari amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tangerang 2025–2029, termasuk di dalamnya rencana pembangunan Embung Sudirman, Embung Solear di Kecamatan Solear serta Embung Aryana dan Embung Curug Wetan di Kecamatan Curug.
"Setiap tahun direncanakan satu embung terbangun," kata Maesyal.
Dalam pembangunan polder/kolam retensi ini juga akan dilengkapi dengan pintu air dan pompa pengendali debit air. Ke depan, akan dilakukan normalisasi saluran air dan rekayasa jalur drainase baru agar air bisa mengalir lancar ke sungai.
Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (BMSDA) Kabupaten Tangerang Iwan Firmansyah mengatakan untuk Polder Cibadak dibangun di atas lahan aset milik Pemkab Tangerang seluas 2.847 meter.
Di atas lahan itu dibangun polder seluas 2.525 meter dan tinggi bangunan 6 meter dengan kapasitas tampung air sekitar 7.762 meter.
"Adapun fasilitas utama Embung Cibadak adalah tanggul, saluran inlet dan outlet, 2 pintu air serta pompa berkapasitas 800 meter kubik/jam," tutur Iwan.
Dengan dibangunnya Embung Cibadak maka limpasan air di kawasan Cibadak dapat dikurangi baik luasan genangan, tinggi genangan maupun durasinya, sehingga dapat mereduksi kerugian yang ditimbulkan dari bencana banjir.
"Pembangunan embung diharapkan tidak hanya mengurangi luasan, ketinggian air dan durasi genangan tetapi juga menjadi bagian dari solusi berkelanjutan dalam pengelolaan air dan lingkungan di Kabupaten Tangerang," kata Iwan.
Sementara itu, Kepala Seksi Perencanaan Sumber Daya Air DBMSDA Kabupaten Tangerang Peri Ramdani mengatakan pengerjaan Embung Cibadak memerlukan waktu 180 hari kalender, dengan dana APBD senilai Rp6.614.917.989.
Sedangkan Embung Sudirman, pembangunannya telah dimulai tahun 2024 dan dilanjutkan pada tahun 2025.
Untuk lanjutan Embung Sudirman, Pemkab Tangerang telah mengalokasikan dana APBD Tahun Anggaran 2025 senilai Rp.4.844.839.928 dengan pengerjaan selama 180 hari kalender.
Peri mengatakan Embung Sudirman akan mengurangi luasan genangan, tinggi genangan dan lama genangan.
"Itu bagian dari solusi untuk mengurangi dampak negatif bencana banjir yang kerap melanda di Kelurahan Tigaraksa dan tiga desa lain yakni Pematang, Pasir Nangka dan Pete," tuturnya.
Embung Sudirman selain sebagai infrastruktur pengendali banjir, embung ini juga akan difungsikan sebagai ruang terbuka hijau dan sumber cadangan air baku bagi masyarakat.
Peri mengatakan Pemkab Tangerang saat ini telah memiliki 14 pompa untuk menyedot banjir di Kecamatan Kelapa Dua, Kosambi, Teluknaga dan Sepatan.
"Kawasan tersebut merupakan dataran rendah yang menjadi titik kumpul aliran air dari tujuh desa sekitarnya yang menjadikan wilayah ini sangat rawan tergenang air," jelas Peri.