Kasus Ibu Digugat Anak, Menantu Siap Tempuh Damai
Selasa, 30 September 2014 | 16:42
“Enggak mau, saya udah cape dan sakit hati. Kita udah bayar tanahnya, nggak mungkin kita gantu rugi,” tukasnya.
“Enggak mau, saya udah cape dan sakit hati. Kita udah bayar tanahnya, nggak mungkin kita gantu rugi,” tukasnya.
Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Tangerang mencatat ada sebanyak 600 pabrik yang membuang limbah cair. Dari 600 pabrik tersebut, sebanyak 30 persennya tidak memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
"Mudah-mudahan ajang ini bisa melahirkan bibit petinju nasional," pungkasnya.
Dua industri di Kota Tangerang terancam dicabut izinnya karena ketahuan membuang limbah ke Sungai Cisadane oleh Wali Kota Tangerang.
Dalam Surat Telegram Kapolri nomor ST/1883/IX/2014 yang diterbitkan tanggal 28 September 2014, Kapolri memutasi 170 perwira tinggi dan menengah. Berikut sejumlah pejabat di wilayah hukum Polda Metro Jaya yang terkena rotasi.
“Ya aku biasa lah kalau digoda, tetapi aku profesional saja. Kalau ada yang hanya sekedar minta foto bareng, ya enggak apa. Asal jangan berlebihan,” ujar Gia seraya tertawa
Bahkan Arief menjelaskan, akan mempersiapkan gedung olahraga baru.
Jawa Tengah menjadi juara umum di Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Tinju Yunior/Youth 2014 yang bertempat di GOR Kota Tangerang, Banten.
“Kendaraan dari Gading Serpong yang hendak Kebon Nanas juga bisa lewat jalan itu. Akses ini lebih cepat sehingg bisa menguragi kemacetan di Jalan Mh Thamrin dan di pertigan Gading Serpong,” katanya.
“Kalau gugatan dikabulkan, saya enggak mungin bisa bayar. Jumlahnya besar sekali. Kalau tidak bisa bahyar, keluarga dan ibu harus pergi dari tanah itu, nanti tinggal dimana?” ujar Amas, 37, anak bungsu Fatimah.
Majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Tangerang mendatangi rumah Hj Fatimah, 90, di Jalan KH Hasyim Ashari, Kelurahan Kenanga, RT 02/RW 01, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangarang, Jumat (26/9) pagi.
Seorang Ibu rumah tangga, Wasiati, 55, melaporkan suaminya, M, 59, ke Polsek Ciledug, karena sering dianiaya. Terakhir, Wasiati dipukul menggunakan balok kayu hingga dia mengalami luka memar di tubuhnya.
“Itu kewenangan di Pemerintah DKI.
“Enggak, enggak usah wawancara, saya enggak mau,” tukasnya sambil pergi bersama anak-anaknya.
“Enggak, enggak usah wawancara, saya enggak mau,” tukasnya dengan nada kesal usai persidangan.
“Harapan kami sih ingin diselesaikan baik-baik, tanahnya dibayar atau sertifikatnya dikembalikan saja. Tapi mereka tetap bersikukuh,” tukasnya.