Connect With Us

Lia Eden Bebas dari Lapas Wanita Tangerang, Siap Jalani Misi Tuhan Kembali

| Jumat, 15 April 2011 | 12:23

Lia Eden setelah bebas dari Lapas Wanita Tangerang. (tangerangnews / dira)


TANGERANG-Terpidana kasus penodaan agama, Lia Aminuddin alias Lia Eden pada Jumat (15/4) bisa kembali menghirup udara bebas. Dia keluar dari Lapas Wanita Tangerang, di Jalan Muhammad Yamin, Cikokol, Kota Tangerang sekitar pukul 08.00 WIB pada Jumat (15/04).
 
Lia dijemput oleh 7 orang jamaahnya dengan menggunakan dua mobil, yakni Kijang LGX B-8276-XV warna hitam dan Panther B 8021 NT warna Hijau.Ketika keluar dari Lapas itu, Lia Eden telah menggunakan baju seperti jamaahnya, yang serban putih dan memegang tongkat.  
Ketika diwawancarai wartawan, Lia Eden mengaku, tidak takut jika kedepan akan kembali berperkara dengan kasus yang sama.  Lia menyatakan dirinya akan terus menyiarkan keyakinannya dengan mendamaikan semua agama.

"Saya kan tidak pernah berbuat kejahatan. Ah nggak. Saya tidak takut. Saya akan kembali dengan tugas mulia saya. Saya tidak takut. Ini urusan Tuhan harus dilakukan. Amanat Allah harus dilakukan, harus bagaimana lagi?" kata Lia Eden saat menghirup udara bebas di depan Lapas Wanita Tangerang.
 
Ketika ditanya, tapi kan hukum di Indonesia melarang seseorang untuk mengajarkan itu? Lia lantas mengatakan, itu dia. Di Indonesia harusnya ada keadilan untuk melindungi mereka yang berkeyakinan.
 
“Toh kita sama-sama menyembah Tuhan YME. Semua agama kan berasal dari Tuham  YME. Apalagi tugas saya mendamaikan seluruh agama. Kami diamanatkan untuk mendamaikan agama. Saya tidak ini tidak penah berbuat kejahatan. Saya menjalani 4,5 tahun penjara bukan karena melakukan kejahatan," jawab Lia Eden.

Saat meninggalkan penjara, Lia dijemput 7 orang pengikutnya dengan 2 kendaraan Kijang dan Panther. Pengikutnya berbaju putih, bersorban warna hijau lebar dengan ikat kepala putih terbuat dari kayu yang menyerupai mahkota sederhana. Sementara Lia membawa tongkat panjang dengan bulatan besar di ujung tongkatnya.

Selama di lapas, Lia mengaku menjalani hari-harinya dengan mengajarkan para narapidana. Seperti cara merangkai bunga, lukis dan membuat boneka dari kulit jagung pelepah pisang. Dia juga mengaku perasaannya senang bisa kembali menghirup udara bebas.

"Pastilah bahagia kalau sudah bebas begini. Mana ada yang tidak bahagia. Saya di dalam sempat sakit-sakitan. Usia saya sudah tua, sudah 64 tahun. Saya menderita diabetes," ucap Lia.
Ditanya jumlah jamaahnya, dia mengatakan, jumlahnya saat ini dari 110 yang sudah disucikan, kini tersisa 20. Keseluruhannya kini sudah menunggunya di kediamannya di Jalan Mahoni, Senen, Jakarta Pusat. “Saya akan temui jamaah saya dulu. Setelah itu baru ketemu dengan keluarga. Yang terpenting adalah menemui jamaah,” jelasnya. (DRA)  

AYO! TANGERANG CERDAS
Banten Jadi Provinsi dengan Mahasiswa Aktif Terbanyak, Tembus 1,6 Juta

Banten Jadi Provinsi dengan Mahasiswa Aktif Terbanyak, Tembus 1,6 Juta

Minggu, 20 Juli 2025 | 11:19

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), Banten menjadi provinsi dengan jumlah mahasiswa aktif terbanyak di Indonesia, yakni sebanyak 1.687.634 mahasiswa per tahun 2024.

BANDARA
Mulai 1 November Bandara Soetta Sediakan Jalur Jemput Premium di Terminal 2

Mulai 1 November Bandara Soetta Sediakan Jalur Jemput Premium di Terminal 2

Kamis, 30 Oktober 2025 | 16:57

Kabar gembira bagi pengguna jasa Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Kota Tangerang yang menginginkan layanan penjemputan lebih cepat dan nyaman.

BANTEN
Andra Soni Lantik 23 Pejabat, Jamaluddin Jadi Kepala Dindikbud Banten

Andra Soni Lantik 23 Pejabat, Jamaluddin Jadi Kepala Dindikbud Banten

Senin, 3 November 2025 | 15:51

Sebanyak, 23 pejabat eselon II di lingkungan Pemerintah Provinsi secara resmi dilantik oleh Gubernur Banten, Andra Soni, Gedung Negara Provinsi Banten, Senin 3 November 2025.

OPINI
Birokrasi Lumpuh di Era VUCA Akibat Ajal Meritokrasi dan Kronisme Lokal

Birokrasi Lumpuh di Era VUCA Akibat Ajal Meritokrasi dan Kronisme Lokal

Jumat, 31 Oktober 2025 | 12:05

Sistem birokrasi Indonesia pasca-reformasi dibangun di atas optimisme tinggi terhadap meritokrasi. Konsep ini, yang secara ilmiah berarti sistem yang menempatkan seseorang berdasarkan kemampuan, keahlian, dan kinerja (merit), tertuang dalam UU ASN

""Kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus""

Napoleon Hill